Absen
Definisi ketidakhadiran (absenteism)
adalah kegagalan untuk melapor pada waktu kerja. Dengan kata lain
ketidakhadiran merupakan kegagalan seorang karyawan untuk hadir di tempat kerja
pada hari kerja. Ketidakhadiran berbeda dengan terlambat (lateness) atau
lamban (tardiness) yang menunjukkan kegagalan untuk datang tepat waktu.
Cara menghitung ketidakhadiran dengan membagi time loss yaitu jumlah
hari-hari yang hilang dengan frekuensi, yaitu jumlah kehadiran selama satu
periode.
Absen adalah satu dari dua kriteria yang paling sering digunakan untuk
perilaku ,bukan untuk kerja dalam penilitian psikologi I/O. Kriteria yang lain adalah pindah kerja
(tingkat pindahnya karyawan). Kedua tanggapan terhadap kerja ini digunakan
sebagai ukuran kesuksesan pencarian tenaga kerja, penyaringan,pemilihan,pelatihan,
dan aktivitas personalia lain yang dirancang untuk meningkatkan kecocokan
antara individu,pekerjaan,dan organisasi.
Perkiraan
biaya absensi bagi organisasi amerika sangat bervariasi, tetapi biaya penuh
diyakini lebih dari 25 miliar setiap tahun. perkiraan penuh termasuk biaya
tidak langsung serta membayar langsung dan manfaat bagi karyawan yang tidak
produktif karena mereka tidak bekerja. antara biaya tidak langsung absenteesim
adalah biaya karyawan pengganti sementara, biaya waktu administrasi untuk
mereorganisasi sekitar seorang karyawan tidak hadir, dan kerugian produktivitas
karena kekurangan tenaga staf atau karyawan
yang tidak terlatih atau
terbiasa dengan prosedur standar sebagai mereka yang tidak hadir.
Tidak hanya biaya keuangan
absensi tinggi, tetapi
juga ketidakhadiran adalah
salah satu alasan paling umum untuk
memecat karyawan. oleh karena itu menguntungkan individu maupun organisasi ketika absensi berkurang. I /
O psikolog telah
mempelajari masalah selama
bertahun-tahun, tetapi sampai relatif baru-baru bahwa penelitian telah mengambil fokus yang agak sempit. telah lama ada penerimaan luas dari pandangan bahwa absenteism
adalah respone penarikan
ketidakpuasan kerja. premis ini didasarkan terutama pada sejumlah besar studi di mana kuesioner pengukuran kepuasan
kerja telah ditemukan memiliki
korelasi negatif sederhana dengan
ukuran absensi.
THE MEANING AND MEASUREMENT OF ABSENTEEISM
Meskipun
absen kelihatannya adalah variable tergantung yang jelas, sebenarnya terdapat
sejumlah cara untuk dapat mendefinisikannya secara operasional. Definis yang
paling sering digunakan adalah jumlah hari atau kadang jam yang hilang dan
frekuensi terjadinya absen. Lebih rumit lagi adalah masalah absen dengan ijin
dibandingkan dengan absen tanpa ijin. Jika perbedaan tersebut tidak dibuat, maka
absen karena kewajiban (keharusan) menjadi juri akan diberi beban yang sama
seperti tidak masuk kerja karena menonton olimpiade musim dingin. Jika
perbedaan tersebut diadakan, maka seseorang harus mengambil keputusan mengenai
mana absen yang dapat dikecualikan dan mana yang tidak.
Setiap organisasi biasanya mempunyai
perbedaan yang cukup besar dalam hal kebijaksanaan mereka mengenai absen yang
dapat dipertimbangkan atau dikecualikan dengan yang tidak dapat dikecualikan
dengan melihat alasan absen tersebut. Banyak yang mengambil cara sederhana
dengan memperbolehkan absen sekian hari setiap bulan atau tahun tanpa
menyanyakan alasan tidak masuk kerjanya kecuali jika jumlahnya telah melampaui
jumlah yang diperbolehkan. Ada juga variasi yang cukup besar dalam hal
ketepatan pencatatan absen. Seperti yang dicatat oleh Hammer dan Landau “Kontaminasi kriteria dapat terjadi selama
berlangsunya klasifikasi awal mengenai absen, sebelum peneliti menyentuh data
mentah tersebut”.
Kurang
tepatnya pencatatan data absen,dan adanya perbedaan defenisi operasional dari
absen,menyebabkan timbulnya keragu-raguan dalam menarik kesimpulan yang tegas
terhadap sejumlah penelitian tentang masalah absen secara keseluruhan.
FAKTOR PENENTU ABSEN
Pencarian karateristik perorangan dan
variabel organisasi yang berkaitan dengan absen telah berkembang sebagian
karena kesadaran bahwa ketidakpuasan
kerja saja tidaklah cukup untuk menjelaskannya. Namun harus dicatat bahwa
mereka yang menyatakan hipotesa “ketidakpuasan kerja menyebabkan absen” telah
memberikan sumbangan yang berarti dalam penelitian ini. Dengan usaha
mengidentifikasikan karateristik dan variabel berkaitan dengan ketidakpuasan
(dan dengan lebih banyak absen) , mereka telah menghasilkan kumpulan data yang
sangat berguna. Steers dan Rhodes memberikan kerangka kerja umum untuk
mengorganisasikan dan memahami penelitian masalah absen yang dilukiskan dalam
gambar. Disini kita akan meriview hubungan dari dua kategori besar dari
variable perorangan dan variable organisasi.

VARIABLE PERORANGAN DAN ABSEN
Di antara karateristik perorangan
yang paling banyak diselidiki dalam hubungannya dengan absen adalah umur, jenis
kelamin, ras, pendidikan, status perkawinan, dan sejumlah variabel lain.
Beberapa peneliti juga mempertimbangkan lama masa kerja dan tingkat posisi
dalam organisasi untuk menjadi karateristik perorangan, meskipun beberapa yang
lain menentukan variabel ini sebagai variabel situasional. Semua karateristik
perorangan tersebut telah ditemukan dan mempunyai korelasi dengan absen, tetapi
kecendrungan penemuan ini tidak konsisten dan varian yang dijelaskan tidaklah
besar.
Hubungan yang paling tidak jelas akan
timbul dari penyelidikan peran karateristik perorangan dalam hal absen adalah
antara absen jenis kelamin. Hasil sebagian besar penelitian menunjukkan wanita
mempunyai angka absen lebih tinggi dari pria.
Beraneka ragam penjelasan telah
diajukan untuk temuan bahwa wanita lebih banyak absen daripada pria. Sebagian
besar penjelasan ini berpusat di sekitar peran konflik yang mungkin dihasilkan
oleh tuntutan khusu yang dibebankan pada wanita yang bekerja dan juga mempunyai
keluarga yang bergantung padanya. Kenyataan bahwa secara umum wanita memegang
pekerjaan yang tingkatnya lebih rendah dari pria juga diyakini sebagai faktor
yang penting. Analisis kembali berskala besar dari data absen jenis kelamin
yang tingkat kerjanya dikendalikan mungkin sekali mengubah kesimpulan bahwa
secara umum wanita lebih banyak absen daripada pria (bisa jadi menjadi
pernyataaqn bahwa orang dengan tingkat pekerjaan lebih rendah akan absen lebih
banyak daripada orang dengan tingkat pekerjaan yang lebih tinggi).
VARIABLE ORGANISASI DAN
MASALAH ABSEN
Sejumlah aspek situasi pekerjaan yang
berbeda-beda telah diselidiki dalam rangka pencarian faktor penentu absen.
Salah satu yang telah menerima perhatian yang cukup banyak adalah sifat dari
kerja yang dilaksanakan oleh individu. Banyak dari penelitian ini berdasarkan
hipotesa bahwa kerja yang membosankan akan membawa ke arah ketidakpuasan kerja,
yang akhirnya membawa ke arah peningkatan absen
Variabel organisasi kedua, yang
kemungkinan hubungannya dengan masalah absen telah menarik perhatian para
peneliti adalah ukuran, baik ukuran organisasi maupun ukuran kelompok kerja
individu. Kecendrungan umum ke arah berkurangnya masalah absen dalam organisasi
dan kelompok yang lebih kecil dapat diamati dalam penelitian ini, tetapi
kesimpulan ini harus dibuat dengan hati-hati. Studi yang berbeda mengenai
masalah ini sukar sekali dibanding-bandingkan secara langsung.
Variabel – variabel organisasi lain
yang mempunyai kemungkinan korelasi dengan absen dan telah diselidiki adalah
giliran kerja, perilaku pemimpin, pemilikan persahaan, dan sejauh mana
pekerjaan itu membahayakan. Korelasi yang jelas telah ditemukan antara absen
dan semua variabel ini, tetapi kita memerlukan lebih banyak penelitian sebelum
menarik kesimpulan apapun mengenai pentingnya mereka sebagai penentu utama dari
masalah absen.
![]() |
|||
![]() |
Steers dan Rhodes mengkombinasikan berbagai macam
variabel pribadi dan situasional ke dalam model kehadiran karyawan yang
ditunjukkan dalam gambar. Model ini adalah model proses (meskipun didasarkan
atas hubungan korelasi yang dikemukakan dalam kepustakaan mengenai masalah
absen). Seperti pada gambar, beberapa variabel (misal kemampuan masuk kerja)
dirumuskan mempunyai pengaruh langsung terhadap masuk kerja, sedangvariabel
lain (misal harapan jabatan dan aspek situasi kerja) berinteraksi untuk
mempengaruhi proses sikap dan motivasi akan menghasilkan kehadiran atau absen.
Kerumitan proses yang diajukan oleh
Steers dan Rhodes membuat modelnya sukar
diuji secara keseluruhan, tetapi penelitian telah menghasilkan dukungan pada
perumusan hubungan tertentu. Contoh , Watson menemukan bahwa usia,status pernikahan,
shift, dan lama kerja berkaitan dengan ukuran waktu yang hilang karena absen,
meskipun perumusan dari pengaruhnya terhadap kepuasan kerja tak
dikonfirmasikan. Dalam reviewnya sendiri dari sepustakaan empiris yang
berkaitan dengan model tersebut, Steers dan Rhodes menyimpulkan, bahwa meskipun
tidak didukung oleh tiap penelitian, namun model ini mendapat dukungan lebih
banyak dari model absen yang manapun juga.
MENGENDALIKAN MASALAH
ABSEN
Absen atau tidak masuk kerja dalam
perusahaan merupakan masalah. Salah satu alsannya mengapa mendapatkan demikian
banyak perhatian untuk diteliti adalah pengharapan bahwa pemahaman yang elbih
baik mengenai absen ini akan memberikan pedoma untuk tindakan koreksi.
Pemakaian yang paling jelas dari penelitian yang demikian adalah organisasi
“menyeleksi” secara awal pelamar kerja yang mempunyai karateristik yang
dikenali sebagai orang yang sering absen.
Meskipun logikanya jelas, tetapi pada
prakteknya menolak menerima orang yang secara statistik mungkin sekali sering
absen itu terbatas. Jenis kelamin adalah korelasi yang paling stabil dari absen, tetapi
diskriminasi dalam penerimaan karyawan berdasarkan jenis kelamin
dilarang oleh undang-undang. Penemuan Breaugh, yang dikonfirmasikan oleh
Ivancevich, bahwa perkiraan tentang absen di masa depan yang paling baik adalah
masalah absen di masa lalu.
Meskipun penelitian perbedaan
individu seperti yang dilakukan oleh Breaugh dan Ivancevich sangat menarik,
namun pada pendekatan yang lebih praktis untuk mengurangi masalah absen kelihatannya
dipusatkan pada lingkungan kerja. Ini merupakan salah satu penalaran bagi usaha
para ahli psikologi untuk membuat korelasi absen situasional.
Lufkin Industries menggunakan
penguatan positif terhadap perilaku yang dikehendaki untuk mengurangi tingkat
absen. Pendekatan ini bukanlah hal yang baru, tapi sebenarnya sudah dikenal
sejak beberapa waktu dan telah digunakan dengan sukses dalam berbagai macam
keadaan dan tempat. Namun tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa masalah absen
terselesaikan. Teknik penguatan positif tidak selalu cocok dengan situasi
tertentu. Tambahan pula terdapat cukup banyak tantangan terhadap penyelesaian
ini. Beberapa orang memandangnya terlalu licik , sedang lainnya berkeberatan
memberi penghargaan kepada orang untuk sesuatu yang memang seharunya dilakukan
(yaitu masuk kerja).
MASALAH ABSEN DALAM
PERSPEKTIF
Keberatan lain terhadap
pendekatan penguatan dalam mengurangi absen diajukan oleh Staw dan Oldham, yang
menanyakan apakah mengurangi atau tidak mengurangi absen selalu merupakan
tujuan yang sesuai . dalam suatu studi yang menarik mengenai hubungan antara
absen dan unjuk kerja, para pengarang mendapatkan dukungan untuk 2 hipotesa :
1.
Akan terdapat korelasi positif antara absen dan unjuk kerja
untuk individu yang memandang pekerjaannya cukup menantang atau tidak cukup
mnantang
2.
Akan terdapat korelasi
negatife antara tidak masuk kerja dan untuk kerja untuk individu yang
memandang pekerjaannya memberikan tantangan yang cukup bagi kebutuhannya.
Dengan kata lain, Staw dan Oldham
menemukan bahwa siapa yang lebih banyak absen belum tentu pelaksana kerja yang
buruk. Mereka menyatakan bahwa absen mungkin merupakan cara beberapa karyawan
untuk mengatasi tekanan pekerjaan yang tidak cocok dengan kebutuhan, keinginan
, atau kemampuan mereka, untuk melaksanakan pekerjaannya secara memuaskan. Jika
hal ini benar, maka program pengurangan absen yang luas dapat menimbulkan
masalah yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar