“Maaaaaaa” sambil menangis.
“Adik kenapa? Datang tiba-tiba pakai nangis segala”
“Buku ma buku adik”
“Buku yang mana? Buku apa? Adik letak dimana?”
“kemarin sih…” indah terdiam dan berfikir. “Duh ma,
sepertinya tinggal di kelas. Yaampun itu buku kalo ada yang baca pasti jadi
bahan gossip dikelas”
Kemudian Indah merengek dan mengambil
telfon gengamnya dan mencoba untuk menghubungi temannya “Dini” yang mungkin masih
berada di kampus.
“Dinnnn kamu masih di kampus nggak? Bisa minta tolong?”
“ masih sihh tapi udah di depan gerbang nih, kenapa Ndah?”
“Aku mau minta tolonh nihhh kamu mau nggak balik ke kelas dan
ngambil buku yang tadi aku letak di kelas? Soalnya kalau ada yang baca bisa
gawat nihh.”
“oo iya deh Ndah, Dini ke kelas dulu yaa”
“Iya Dini makasih ya Dini sayang kamu deh” “Gimana Din?
Ketemu nggak?”
“Duh!! Nggak nemu nih Ndah dimana, emang tadi kamu letak
dimana?”
“di laci meja aku Din, masa nggak ada sih?”
“Ndah, bukunya warna apa?biru kan?”
“iya din, ketemu?”
“Ketemu sih tapi di tasnyaaaaaa”
“tasnya? Tas siapa?”
“emmmm tasnya ituuuu, tasnya fandi.”
“Apa? Tewas aku tewass udah tenggelamkan aja adek ke laut
kakkkkk”
“aku nggak berani ambil deh Ndah soalnya didalam tas, kalo
diatas meja mungkin aku berani”
Dengan panic dan tergesa-gesa Indah
langsung mematikan telfon dan masuk ke kamarnya.
6 tahun yang lalu, Indah seorang anak
manis yang masih lugu pergi meninggalkan kota kelahirannya karena harus
mengikuti orang tuanya yang harus pindah bekerja di kota lain. Saat itu umur
indah masih 13 tahun. Entah mengapa “dini”, teman baik Indah pun mengalami hal
yang sama. Dan mereka dipertemukan disebuah sekolah menengah pertama di ibu
kota.
Mungkin bukan hal yang biasa ketika
kamu berasal dari kota kecil dan harus berteman dengan teman-teman yang sudah
biasa hidup di perkotaan. Indah selalu menjadi korban bullying disekolahnya
karna indah selalu menggunakan dandanan yang menurut teman temannya adalah
“kampungan”. Rambut yang tidak ernah digerai, kaoskaki yang panjang, rok yang
panjang, dan baju yang kebesaran.
Setiap hari indah selalu menangis
ketika pulang karna merasa dia tidak berdaya di sekolah itu. Namun ada seorang
pria yang bernama Fandi yang berbeda dengan teman-teman lainnya. Fandi hanya
sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak pernah mau untuk bergabung dengan
teman-teman lainnya.
Mungkin Fandi adalah pria idaman para
wanita dengan badan sixpack dan pintar memainkan alat music. Namun sayangnya Fandi
tidak pernah mau untuk memamerkan apa yang dimilikinya, ia hanya mau
menampilkan apa yang dia miliki ketika ia mersa memang pantas untuk
diperlihatkan.
Seminggu, dua minggu, tiga minggu dan
berikutnya walaupun indah dan fandi duduk bersebelahan, namun mereka tidak
pernah berbicara atau mengobrol. Namun pada suatu ketika fandi dan indah tanpa
sengaja bertatapan mata dan itu membuat mereka berdua menjadi malu dan salah
tingkah. Berawal dari hari itu mereka mulai saling menyapa dan berbicara.
“san, minggu depan ada undangaan nih di sekolah sebelah untuk
jadi bintang tamu. Aku sih bakal nyanyi, kamu mau nggak ngiringi aku nyanyi?”
“sebenarnya sih mau ndah, tapiii”
“tapi? Tapi kenapa? Takut aku buat malu ya?”
“engg enggak kok ndah aku lusa bakal pindah ke Surabaya”
“pindah? Pindah apa? Pindah rumah?”
“nggak ndah pindah hati”
“ah kamu yang serius dongg, kan nggak mungkin kamu pindah
mendadak”
“nggak mendadak kok ndah, aku udah urus surat pindah dari
seminggu yang lalu”
“terus kamu nggak bilang ke aku? Kenapa? Kirain kamu udah
anggap aku sahabat, ternyata nggak” indah mulai menangis.
“bukan aku nggak mau bilang ndah tapi kamu yang ngga
tanggepin aku pas aku ngomong aku bakal pindah”
“kapan kamu ngomong? Masa aku nggak tanggepin? Biasanya juga
kamu yang nggak tanggepin aku”
“kemarin, pas kita beli burger didepan” kemudian fandi
memedang tangan indah dan memberikan sesuatu “ndah, aku mau kasih sesuatu ke
kamu”.
“apa?” awalnya indah merasa bahwa fandi akan memberikan
hatinya untuk indah. Dan kemudian
“nah, ini ada buku aku yang belum sempet aku pakai, kan berat
kalo aku bawa ke Surabaya kamu pakai ya”
“yaelah aku sangka kamu mau kasih aku apa gitu”
Ada 5 buku
yang diberikan fandi untuk indah didalam sebuah kertas kado yang dibentuk
sedemikian rupa. Di depan bungkus itu tertulis “kamu bukanya setelah aku pergi yaa. Jangan rusuhhh!!!”. entah
kenapa indah mengikuti apa yang tertulis pada bungkus itu. Tepat setelah
keberangkatan pesawat fandi ke Surabaya, indah angsng membuka bungkusan yang
diberikan fandi. ternyata Ada 4 buku tulis biasa, dan ada 1 buku yang berwarna
bitru dan didalamnya terletak sebuah surat terakhir untuk indah..
“ndah
maaf banget kalo aku udah buat kamu kesel belakangan ini, buat kamu capek untuk
mulai nyakapi aku. Bener, nggak ada yang berni nyakapi aku sebelumnya. Buku ini
kamu jaga yaa. Khusus bku ini. Ini buku kesayangan aku, memang sih cuma buku
tulis biasa tapi ada yang berbeda dari buku ini. Coba deh kamu lihat di halaman
pertengahan”
Indah
melihat ke tengah-tengah halaman buku dan menemukan secarik kertas lagi
“coba
kamu lihat 5 halam berikutnya”
Di 5 halaman
berikutnya indah menemukan secarik kertas lagi
“kok
kamu buka 5 halaman beneran? Kamu percaya sama aku? Coba deh kamu lihat halaman
berikutnya”
Tanpa
panjang pikir indah membuka halaman berikutnya dan menemukan secarik kertas beserta sebuah foto.
Ternyata foto itu adalah foto sebuah box coklat dengan pita manis diatasnya.
Dan terdapat Tulisan di secarik kertas
tadi
“aku
kasih kamu itu, maaf kalo aku jadi aneh dimata kamu. Itu udah aku letak di laci
meja kamu”
Tanpa sadar, setelah pergi dari bandara, indah langsung
menuju sekolahnya dan mengambil kotk yang diberikan andi. Ternyata isinya
adalah sekumpulan foto-foto indah yang entah darimana diambil oleh fandi.
Foto-foto itu diambil ketika indah mulai melangkahkan kaki di sekolah menengah
pertama itu.
Saat itu indah bingung dan bertanya kapan fandi mengambil
foto-foto itu, sedangkan mereka tidak pernah saling menyapa sampai 6 minggu
setelah kedatangan indah di sekolah itu. dan fandi juga tidak pernah ketahuan
saat mengambil foto-foto itu. diakhir foto-foto itu indah lagi-lagi menemukan
sebuah surat
“kamu boleh tulis apapun di buku yang aku kasih ke kamu”
Sejak saat itu indah meluapkan semua
perasaannya di buku yang diberikan oleh fandi itu kerinduan, kesenangan,
kesedihan, dan yang lain lain. dan itu terus berlangsung sampai indah berada di
perguruan tinggi. Namun ada satu kesalahan indah, ia tidak memperhatikan
tulisan kecil yang berada disudut bukuvyang bertuliskan nomor telepon fandi.
Entah mengapa indah dan Dini terus berada ditempat yang sama sampai mereka di
perguruan tinggi.
Dini, yang melihat buku tersebut
langsung tersada dengan tulisan kecil disudut buku yang bertulisakan nomor
telfon fandi, dini langsung menyimpan nomor tersebut dan berfikir jika indah
tau akan keberadaan nomor tersebut. Awalnya dini hanya ingin mengetahui kabar
dan perkembangan kehidupan fandi selama di Surabaya, namun dari setiap
pembicaraan mereka dini tidak menyangkut pautkan nama indah.
6 tahun berlalu dan tanpa sadar mereka telah menjadi mahaiswa
disebuah universitas dan 6 tahun juga indah tidak mendapat kabar dari fandi.
Mungkin hal yang sudah biasa ketika indah tidak mendengar kabar fandi. Namun
menjadi luar biasa ketika indah bertemu dengan mama fandi di sebuah pusat perbelanjaan.
Indah hanya berfikir bahwa mama
fandi sedang liburan disana dan tidak lama. Tapi seperti biasa fandi selalu
membuat kejutan-kejutan kecil. Sesampainya dirumah, indah dan dini dikejutkan
dengan suara seorang pria yang menurutnya tidak asing lagi namun sudah lama
tidak didengar. Ya!! Fandi yang tiba-tib ada di rumah itu.
Tanpa disadari indah langsung
memeluk fandi dan menangis “kamu pergi mendadak dan sekarang datang mendadak!
Bodoh bener kamu! Kamu kira aku senang kamu datang? Kemana aja 6 tahun ini?
Kamu bilang kita sahabat tapi kamu nggak pernah kasih kabar! Kamu bodoh bener
ya!!”.
Fandi tak hanya memberikan kejutan
sampai disitu, ternyata fandi pindah ke universitas yang sama dan jurusan yang
sama, bahkan kelas yang sama. Mungkin ini adalah awal yang baik bagi mereka.
Keesokannya
ketika dikelas, indah tanpa sengaja meninggalkan buku biru yang diberikan oleh
fandi untuk indah. Bahkan fandi yang lupa dengan buku itu awalnya tidak ingin
mengambilnya. Tapi fandi ingat kalau buku itu terletak tepat dimana indah
duduk. Dengan tetap tidak ingat fandi
hanya mengambil buku itu dan menyimpannya.
Setelah melihat Dini mencari seuatu
di tempat duduk indah dan memegang tasnya, fandi sadar kalau dini sedang
mencari buku itu. dini meminta buku itu namun fandi tidak memberikannya dengan
dalih ia yang akan memberikannya langsung. Fandi langsung bergegas kembali ke
mobilnya menuju kerumah indah. Ditengah perjalanan fandi yang lupa dengan buku
itu mulai membuka lebaran buku itu satu persatu, dan membaca semua tulisan ang
ada dibuku itu.
Sesampainya
dirumah indah, fandi langsung menelfon indah dan mengatakan bahwa fandi telah
berada di depan rumah indah. Indah yang sudah malu karna takut kalau fandi
telah membaca buku itu mengatakan bahwa dia sedang tidak dirumah dan fandi bisa
meletakkannya di depan pintu rumahnya.
Keesokan
harinya dikampus fandi langsung menarik indah ketaman didekat kampusnya dan
berbicara serius
“kamu kenapa
ndah?”
“kenapa?
Kenapa apanya? Baik baik aja nih”
“kemarin
kamu dirumah kan?”
“kemarin?
Nggak loh kan aku pergi nemenin mama belanja”
“kamu jangan
bohong. Mobil kamu dirumah kok”
“iya kan aku
nemenin mama, makanya naik mobil mama”
“aku ketemu
mama kemarin abis dari rumah kamu, kalo kamu nemenin mama pasti kamu ada sama
mama”
“emm aku
abis nemenin mama belanja aku pergi sama dini”
“kata mama
kamu dirumah kok, mama pergi sendiri”
“ ah mungkin
mama salah cakap it, atau kamu yang salah dengar.”
“padahal aku
pengen ngomong semalam soal buku itu”
“haaa kenapa
buku?”
“kamu biasa
aja nggak usah kayak gitu. Kamu bener suka sama aku?”
“apaan sih
kamu? Suka darimana? Kamu sok tau deh”
“aku Cuma
mau bilang, aku juga saying banget sama kamu, tapi maaf sayangnya hati aku udah
ada yang punya”
“udah?
Siapa?” indah langsung melihatkan wajah sedih ketika mendengar kata kata itu
“orangnya
nggak jauh dari sini kok ada disekitar
sini”
Indah langsung melihat sekelilingnya dan memperhatikan semua
orang. Hanya ada 2 wanita di taman itu, yaitu indah dan dini yang berada di
sudut taman dengan teman teman pria lainnya. Indah langsung meyakinkan dirinya
bahwa wanita yang dimaksud oleh fandi adalah dirinya. Sebab hanya ada dirinya
dan sahabat terbaiknya. Namun semua harapan tersebut musnah ketika indah
mendengar sebuah kalimat dari fandi.
“lihat
wanita yang ada di antara banyak pria di sana? Dia wanita yang selama ini sudah
memenangkan hatiku”
“dini?” dan
indah sangat terkejut.
“iya dia
dini, selama 6 tahun kamu tanpa kabar dan dini yang selalu ada untukku dalam
hal apapun”
“dini selama
ini tetep contact dengan kamu? Kenapa nggak bilang ke aku?”
“mungkin bukan
salah dini ketika dia lebih memperhatikan detail dari buku yang aku beri ke
kamu, kamu mungkin tidak sadar dengan apa yang aku tulis di sudut buku. Namun dini
menyadari itu. maaf untuk semuanya, maaf jika aku harus berkata seperti ini”
Sejak saat itu indah merasa bahwa
dini adalah orang yang jahat karna apa yang telah dilakukan dini padanya, namun
semakin lama indah sadar bahwa dia yang salah dengan tidak memperhatikan
sesuatu yang menurutnya adalah hal yang sepele. Mungkin memang ini yang terjadi
jika kita tidak menggunakan kesempatan yang ada dengan baik. Bukan hanya ketika
kamu sayang dengan seseorang, namun saat kamu memperjuangkan apa yang menurut
kamu pantas untuk diperjuangkan.