Jumat, 24 Oktober 2014

Tugas Mata Kuliah Kreativitas: Perform Kelompok


PERFORM / PRODUK KREATIVITAS

DISUSUN OLEH:


Membuat perform atau produk hasil dari mengasah potensi kreativitas merupakan target utama dalam mata kuliah kreativitas. Kelas dibuat sedemikian menantang dan kreatif agar tidak membosankan.
A.      Teori tentang Proses Kreatif
Teori Wallas
Teori Wallas dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya The Art of Thought, yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu:
1.      Persiapan, yaitu mempersiapkan diri dalam memecahkan permasala-han yang muncul.
2.      Inkubasi, yaitu tahap dimana untuk sementara waktu tidak memikirkan masalah yang muncul tersebut.
3.      Iluminasi, yaitu tahap timbulnya insight atau yang biasa disebut dengan inspirasi dan gagasan baru.
4.      Verifikasi, yaitu tahap evaluasi dimana ide atau gagasan yang ditemukan diuji kerealitasannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, kami akan mengaitkan teori Wallas tersebut dengan kegiatan kelompok kami.
1.        Persiapan
Pada tahap ini, berbagai ide atau gagasan muncul dan berbeda-beda setiap individunya. Awalnya, ada dua ide muncul dalam kelompok kami, yaitu membuat video dan menampilkan drama.
2.        Inkubasi
Setelah berhasil menemukan beberapa ide, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membiarkan ide-ide tersebut beku sejenak, karena kami juga masih bingung pada saat itu.
3.        Iluminasi
Setelah melewati tahap inkubasi, kami memutuskan untuk berdiskusi lagi karena ternyata deadline sudah di depan mata dan harus sudah diputuskan perform atau produk apa yang harus kami munculkan untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah kreativitas. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membuat produk “olahan coklat” yang sebenarnya berbeda jauh dari ide awal kami saat persiapan.
4.        Verifikasi
Tahap verifikasi berlangsung tidak lama setelah proses iluminasi, dimana ide atau gagasan yang kami sepakati diperjelas dengan membuat produk olahan coklat yaitu “membuat miniatur rumah coklat”

B.     Teori Pemecahan Masalah Menurut Shallcross
Setelah di awal tadi kami menjelaskan tentang bagaimana proses kreativitas kelompok kami berdasarkan teori Wallas, kali ini kami akan menjelaskannya dari sudut pandang teori Shallcross.
Proses Lima Tahap (Shallcross)
Teknik pemecahan masalah secara kreatif yang dikemukakan oleh Shallcross (1985) meliputi lima tahap, yaitu orientasi, persiapan, penggagasan, penilaian, dan pelaksanaan atau implementasi.
1.      Orientasi
Pada tahap ini, masalah dirumuskan atau mulai menentukan tujuan, dalam hal ini adalah karena adanya pemberian tugas dari dosen mata kuliah kreativitas tentang membuat perform dalam kelompok.
2.      Persiapan
Pada tahap persiapan, kami menghimpun semua fakta yang sudah diketahui mengenai masalah dan mulai mengumpulkan data. Karena adanya tugas dari dosen, maka kami mulai mencari ide untuk perform.
3.      Penggagasan
Pada tahap penggagasan, kami mulai menerapkan cara berpikir divergen untuk menghasilkan gagasan sementara untuk pemeca-han masalah. Pada tahap ini, mulai memikirkan konsep apa yang ingin dihadirkan dalam perform. Ada tiga ide kami, yaitu membuat video, menampilkan drama, dan membuat produk “miniatur rumah cokelat”.
4.      Penilaian
Pada tahap penilaian, kami menerapkan cara berpikir konvergen,
yaitu menyeleksi gagasan yang paling baik untuk dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan, yaitu dengan membuat matriks.
Matriks gagasan dan kriteria penilaian gagasan
IDE
ORIGINALITAS
WAKTU PEMBUATAN x 3
BIAYA
EKSPEKTASI
JUMLAH SKOR
PRODUK MINIATUR RUMAH COKLAT
4
4
3
4
23
BUAT FILM PENDEK
3
2
4
3
16
BUAT DRAMA
2
3
2
4
17







Ketentuan penilaian:
5 = baik sekali
4 = baik
3 = cukup baik
2 = kurang baik
1 = kurang sekali

Dari tabel tersebut, didapat hasil skor tertinggi ada pada produk “rumah coklat”

5.      Pelaksanaan atau implementasi
Tahap pelaksanaan atau implementasi merupakan tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah secara kreatif, yang nanti akan dilaksanakan setelah UTS.

 Ilustrasi Rencana Produk



TESTIMONI
·         Ilmi Khoir Purba:
Awalnya kelompok kami memiliki beberapa rencana untuk performa kami. Namun akhirnya kami memilih membuat produk yang bahan utamanya adalah coklat. Coklat ini kami bentuk menjadi bentuk rumah (rumah coklat). Ide membuat rumah coklat menurut saya menarik. Itu karena saya juga menyukai coklat. Biasanya saya hanya mengetahui coklat batang saja. Rumah coklat akan menjadi inovasi yang berbeda.
·         Arifa Ulia Bahri
Saya menyukai yang namanya coklat, semua yang bertemakan coklat. Warna, baju, sepatu, tas, handuk desain kamar seperti lemari, karpet, apalagi makanan bercoklat, menjadi hal yang saya kagumi.  Melalui kerjasama bersama kelompok, saya ingin merasakan bagaimana membuat sendiri bahan coklat menjadi satu produk yang bisa kemungkinan akan lebih saya kagumi dan bisa dibanggakan, tentunya bisa dimakan juga..  semoga kita berhasil ya teman-teman sekelompokku!!!
·         Alifia Ridha Pratiwi
Saya sangat menyukai coklat dan berbagai produk olahan coklat. Saya juga sering membuatnya sendiri. Dulu, ketika saya masih SMP dan SMA, saya rajin sekali membuat praline (coklat yang dicetak dengan berbagai bentuk dan rasa). Mengolah coklat secara berbeda menjadi tantangan untuk saya dan kelompok saya dan kedengarannya “rumah coklat” menarik sekali untuk dicoba
·         Dinda Sundari
Coklat? Coklat itu sama dengan obat badmood. Kenapa obat? Karena biasanya kalo lagi badmood pasti nyari makanan yang mengandung coklat. Niatnya sih buat balikin mood yang lagi jelek. Pokoknya suka banget deh sama yang namanya coklat. Gak kebayang kalo sampe punya rumah dari coklat. Mungkin bisa habis deh itu rumah. Dan untuk sementara, miniaturnya juga boleh untuk dicoba J
·         Syafira Hairy Sani
Saya suka banget coklat. Coklat itu penghilang badmood yang ampuh. Bisa-bisa habis satu karton coklat kalo gak di-stop. Intinya gak pernah bosen makan coklat. Siapa sih yang bosen makan coklat? Yang aku tahu coklat itu kalo gak batangan ya yang dicetak-cetak bentuk macem-macem itu lho. Kalo miniatur rumah coklat… pernah sih liat di google, tapi belum pernah liat aslinya. Seandainya miniatur itu dibuat sendiri, pasti keren banget!

Rabu, 01 Oktober 2014

Pelajaran yang dapat dipetik dari mata kuliah kreativitas kamis 25 September 2014



               hai semuanyaaaaaa!!! sudah lama saya tidak memposting di blog saya haha:D kali ini saya mau berbagi cerita sedikit mengenai pengalaman yang saya dapatkan ketika saya mengikuti mata kuliah kreativitas pada kamis 25 September 2014. begini ceritanyaaaaaaaa
              
              Kreativitas pada hakikatnya adalah milik setiap individu dan berbeda kapasitas serta spesifikasinya. Ada seseorang yang kreativitas di bidang seni, ada yang di bidang olahraga, ada yang di bidang pendidikan, ataupun di bidang lainnya. Kreativitas yang dimiliki oleh semua orang tidaklah dapat disalurkan atau dikeluarkan. Ada kreativitas yang langsung dapat dikembangkan tanpa hambatan namun tak sedikit juga kreativitas yang tidak dapat berkembang hanya dikarenakan hambatan yang menghalanginya.
            Ada banyak hambatan yang dapat menghambat perkembangan kreativitas, misalnya hambatan lingkungan, hambatan psikologis, hambatan historis, hambatan fisiologis dan hambatan lain-lain. Saya adalah salah satu orang yang mengalami hambatan dalam mengembangkan kreativitas. Saya merasa saya memiliki sebuah kreativitas dalam bidang seni. Terkhusus adalah bidang menari. Saya suddah menari sejak saya duduk di taman kanak kanak. Saya terus melatih kemampuan saya hingga saya kelas 3 SMP.
           Saya menari tradisional hingga modern. Menarikan ulang ataupun membuat kreasi tarian tersendiri, dan menari untuk diri sendiri ataupun membantu adik adik tetangga saya dalam hal menari. Namun seiringnya waktu badan saya semakin tidak ideal dan semakin gendut. Sekitar saya mulai mengeluarkan komentar bahwasannya penari itu bertubuh ideal, cantik, dan bertubuh sexy. Sedangkan saya adalah anak perempuan yang tidak cantik, tidak sexy, dan bertubuh gendut. Semakin lama saya merasa semakin tersingkir dengan anggapan orang- orang. Sehingga ketika minder saya sudah pada puncaknya, saya memutuskan untuk tidak menari lagi didepan umum, kecuali jika saya yang diminta untuk membantu pembuatan koreo ataupun pembuatan yel-yel. Saya hanya berlatih dirumah dan dikamar saya. Walaupun tetap tidak dimuka umum, namun saya tetap melatih kemampuan menari saya.

           Hingga akhirnya ketika mata kuliah kreativitas yang dibawakan oleh Ibu Dina, saya merasakan bahwa saya mendapat motivasi lagi untuk meneruskan kreativitas saya dalam bidang menari. Awalnya saya malu untuk sharing dengan Buk Dina, sehingga dikelas saya hanya mendengarkan apa yang dikatakan teman – teman saya, kemudian setiap sharing yang dilakukan oleh teman- teman saya Buk Dina selalu berkata “teruskan mimpi kalian, mimpi itu penting”. Buk Dina seolah olah memberikan saya spirit bahwasannya saya tidak boleh malu atau hanya stop disini. Dengan menari sendiri tanpa mengeksplor kemampuan saya.
      Sebenarnya saya mulai merubah pandangan saya dengan mencoba sesuatu yang beda dari Fira sebelumnya. Yang sebelumnya saya di SMA hanya focus pada Paskibrasa yang mengembangkan kreativitas teknik dan organisasi, sekarang di semester 3 ini saya mulai mengembangkan kreativitas seni saya lagi. Walaupun bukan hanya sekedar menari tapi saya mencoba masuk ke Marching Band Universitas Sumatera Utara. Yaa memang saya mencoba mengeksplor kemapuan seni saya dibidang alat music. Dan saya akan teus berlatih hingga saya mencapai mimpi saya. Yaitu membuat sanggar kesenian J terimakasih Buk Dina atas support yang telah diberikan kepada saya dan teman teman yang dapat mengikuti mata kuliah kreativitas.