Sabtu, 08 November 2014

Karna Dia Bukan Kamu

“Maaaaaaa” sambil menangis.
“Adik kenapa? Datang tiba-tiba pakai nangis segala”
“Buku ma buku adik”
“Buku yang mana? Buku apa? Adik letak dimana?”
“kemarin sih…” indah terdiam dan berfikir. “Duh ma, sepertinya tinggal di kelas. Yaampun itu buku kalo ada yang baca pasti jadi bahan gossip dikelas”

Kemudian Indah merengek dan mengambil telfon gengamnya dan mencoba untuk menghubungi temannya “Dini” yang mungkin masih berada di kampus.
“Dinnnn kamu masih di kampus nggak? Bisa minta tolong?”
“ masih sihh tapi udah di depan gerbang nih, kenapa Ndah?”
“Aku mau minta tolonh nihhh kamu mau nggak balik ke kelas dan ngambil buku yang tadi aku letak di kelas? Soalnya kalau ada yang baca bisa gawat nihh.”
“oo iya deh Ndah, Dini ke kelas dulu yaa”
“Iya Dini makasih ya Dini sayang kamu deh” “Gimana Din? Ketemu nggak?”
“Duh!! Nggak nemu nih Ndah dimana, emang tadi kamu letak dimana?”
“di laci meja aku Din, masa nggak ada sih?”
“Ndah, bukunya warna apa?biru kan?”
“iya din, ketemu?”
“Ketemu sih tapi di tasnyaaaaaa”
“tasnya? Tas siapa?”
“emmmm tasnya ituuuu, tasnya fandi.”
“Apa? Tewas aku tewass udah tenggelamkan aja adek ke laut kakkkkk”
“aku nggak berani ambil deh Ndah soalnya didalam tas, kalo diatas meja mungkin aku berani”

Dengan panic dan tergesa-gesa Indah langsung mematikan telfon dan masuk ke kamarnya.

6 tahun yang lalu, Indah seorang anak manis yang masih lugu pergi meninggalkan kota kelahirannya karena harus mengikuti orang tuanya yang harus pindah bekerja di kota lain. Saat itu umur indah masih 13 tahun. Entah mengapa “dini”, teman baik Indah pun mengalami hal yang sama. Dan mereka dipertemukan disebuah sekolah menengah pertama di ibu kota.

Mungkin bukan hal yang biasa ketika kamu berasal dari kota kecil dan harus berteman dengan teman-teman yang sudah biasa hidup di perkotaan. Indah selalu menjadi korban bullying disekolahnya karna indah selalu menggunakan dandanan yang menurut teman temannya adalah “kampungan”. Rambut yang tidak ernah digerai, kaoskaki yang panjang, rok yang panjang, dan baju yang kebesaran.

Setiap hari indah selalu menangis ketika pulang karna merasa dia tidak berdaya di sekolah itu. Namun ada seorang pria yang bernama Fandi yang berbeda dengan teman-teman lainnya. Fandi hanya sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak pernah mau untuk bergabung dengan teman-teman lainnya.

Mungkin Fandi adalah pria idaman para wanita dengan badan sixpack dan pintar memainkan alat music. Namun sayangnya Fandi tidak pernah mau untuk memamerkan apa yang dimilikinya, ia hanya mau menampilkan apa yang dia miliki ketika ia mersa memang pantas untuk diperlihatkan.

Seminggu, dua minggu, tiga minggu dan berikutnya walaupun indah dan fandi duduk bersebelahan, namun mereka tidak pernah berbicara atau mengobrol. Namun pada suatu ketika fandi dan indah tanpa sengaja bertatapan mata dan itu membuat mereka berdua menjadi malu dan salah tingkah. Berawal dari hari itu mereka mulai saling menyapa dan berbicara.
“san, minggu depan ada undangaan nih di sekolah sebelah untuk jadi bintang tamu. Aku sih bakal nyanyi, kamu mau nggak ngiringi aku nyanyi?”
“sebenarnya sih mau ndah, tapiii”
“tapi? Tapi kenapa? Takut aku buat malu ya?”
“engg enggak kok ndah aku lusa bakal pindah ke Surabaya”
“pindah? Pindah apa? Pindah rumah?”
“nggak ndah pindah hati”
“ah kamu yang serius dongg, kan nggak mungkin kamu pindah mendadak”
“nggak mendadak kok ndah, aku udah urus surat pindah dari seminggu yang lalu”
“terus kamu nggak bilang ke aku? Kenapa? Kirain kamu udah anggap aku sahabat, ternyata nggak” indah mulai menangis.
“bukan aku nggak mau bilang ndah tapi kamu yang ngga tanggepin aku pas aku ngomong aku bakal pindah”
“kapan kamu ngomong? Masa aku nggak tanggepin? Biasanya juga kamu yang nggak tanggepin aku”
“kemarin, pas kita beli burger didepan” kemudian fandi memedang tangan indah dan memberikan sesuatu “ndah, aku mau kasih sesuatu ke kamu”.
“apa?” awalnya indah merasa bahwa fandi akan memberikan hatinya untuk indah. Dan kemudian
“nah, ini ada buku aku yang belum sempet aku pakai, kan berat kalo aku bawa ke Surabaya kamu pakai ya”
“yaelah aku sangka kamu mau kasih aku apa gitu”

            Ada 5 buku yang diberikan fandi untuk indah didalam sebuah kertas kado yang dibentuk sedemikian rupa. Di depan bungkus itu tertulis “kamu bukanya setelah aku pergi yaa. Jangan rusuhhh!!!”. entah kenapa indah mengikuti apa yang tertulis pada bungkus itu. Tepat setelah keberangkatan pesawat fandi ke Surabaya, indah angsng membuka bungkusan yang diberikan fandi. ternyata Ada 4 buku tulis biasa, dan ada 1 buku yang berwarna bitru dan didalamnya terletak sebuah surat terakhir untuk indah..

ndah maaf banget kalo aku udah buat kamu kesel belakangan ini, buat kamu capek untuk mulai nyakapi aku. Bener, nggak ada yang berni nyakapi aku sebelumnya. Buku ini kamu jaga yaa. Khusus bku ini. Ini buku kesayangan aku, memang sih cuma buku tulis biasa tapi ada yang berbeda dari buku ini. Coba deh kamu lihat di halaman pertengahan”

Indah melihat ke tengah-tengah halaman buku dan menemukan secarik kertas lagi

coba kamu lihat 5 halam berikutnya”

Di 5 halaman berikutnya indah menemukan secarik kertas lagi

kok kamu buka 5 halaman beneran? Kamu percaya sama aku? Coba deh kamu lihat halaman berikutnya”

          Tanpa panjang pikir indah membuka halaman berikutnya dan  menemukan secarik kertas beserta sebuah foto. Ternyata foto itu adalah foto sebuah box coklat dengan pita manis diatasnya. Dan  terdapat Tulisan di secarik kertas tadi

aku kasih kamu itu, maaf kalo aku jadi aneh dimata kamu. Itu udah aku letak di laci meja kamu”

Tanpa sadar, setelah pergi dari bandara, indah langsung menuju sekolahnya dan mengambil kotk yang diberikan andi. Ternyata isinya adalah sekumpulan foto-foto indah yang entah darimana diambil oleh fandi. Foto-foto itu diambil ketika indah mulai melangkahkan kaki di sekolah menengah pertama itu.

Saat itu indah bingung dan bertanya kapan fandi mengambil foto-foto itu, sedangkan mereka tidak pernah saling menyapa sampai 6 minggu setelah kedatangan indah di sekolah itu. dan fandi juga tidak pernah ketahuan saat mengambil foto-foto itu. diakhir foto-foto itu indah lagi-lagi menemukan sebuah surat

“kamu boleh tulis apapun di buku yang aku kasih ke kamu”
   
         Sejak saat itu indah meluapkan semua perasaannya di buku yang diberikan oleh fandi itu kerinduan, kesenangan, kesedihan, dan yang lain lain. dan itu terus berlangsung sampai indah berada di perguruan tinggi. Namun ada satu kesalahan indah, ia tidak memperhatikan tulisan kecil yang berada disudut bukuvyang bertuliskan nomor telepon fandi. Entah mengapa indah dan Dini terus berada ditempat yang sama sampai mereka di perguruan tinggi.

            Dini, yang melihat buku tersebut langsung tersada dengan tulisan kecil disudut buku yang bertulisakan nomor telfon fandi, dini langsung menyimpan nomor tersebut dan berfikir jika indah tau akan keberadaan nomor tersebut. Awalnya dini hanya ingin mengetahui kabar dan perkembangan kehidupan fandi selama di Surabaya, namun dari setiap pembicaraan mereka dini tidak menyangkut pautkan nama indah.

6 tahun berlalu dan tanpa sadar mereka telah menjadi mahaiswa disebuah universitas dan 6 tahun juga indah tidak mendapat kabar dari fandi. Mungkin hal yang sudah biasa ketika indah tidak mendengar kabar fandi. Namun menjadi luar biasa ketika indah bertemu dengan mama fandi di sebuah pusat perbelanjaan.

            Indah hanya berfikir bahwa mama fandi sedang liburan disana dan tidak lama. Tapi seperti biasa fandi selalu membuat kejutan-kejutan kecil. Sesampainya dirumah, indah dan dini dikejutkan dengan suara seorang pria yang menurutnya tidak asing lagi namun sudah lama tidak didengar. Ya!! Fandi yang tiba-tib ada di rumah itu.

            Tanpa disadari indah langsung memeluk fandi dan menangis “kamu pergi mendadak dan sekarang datang mendadak! Bodoh bener kamu! Kamu kira aku senang kamu datang? Kemana aja 6 tahun ini? Kamu bilang kita sahabat tapi kamu nggak pernah kasih kabar! Kamu bodoh bener ya!!”.

            Fandi tak hanya memberikan kejutan sampai disitu, ternyata fandi pindah ke universitas yang sama dan jurusan yang sama, bahkan kelas yang sama. Mungkin ini adalah awal yang baik bagi mereka.

            Keesokannya ketika dikelas, indah tanpa sengaja meninggalkan buku biru yang diberikan oleh fandi untuk indah. Bahkan fandi yang lupa dengan buku itu awalnya tidak ingin mengambilnya. Tapi fandi ingat kalau buku itu terletak tepat dimana indah duduk.  Dengan tetap tidak ingat fandi hanya mengambil buku itu dan menyimpannya.
            
          Setelah melihat Dini mencari seuatu di tempat duduk indah dan memegang tasnya, fandi sadar kalau dini sedang mencari buku itu. dini meminta buku itu namun fandi tidak memberikannya dengan dalih ia yang akan memberikannya langsung. Fandi langsung bergegas kembali ke mobilnya menuju kerumah indah. Ditengah perjalanan fandi yang lupa dengan buku itu mulai membuka lebaran buku itu satu persatu, dan membaca semua tulisan ang ada dibuku itu.

          Sesampainya dirumah indah, fandi langsung menelfon indah dan mengatakan bahwa fandi telah berada di depan rumah indah. Indah yang sudah malu karna takut kalau fandi telah membaca buku itu mengatakan bahwa dia sedang tidak dirumah dan fandi bisa meletakkannya di depan pintu rumahnya.
Keesokan harinya dikampus fandi langsung menarik indah ketaman didekat kampusnya dan berbicara serius
“kamu kenapa ndah?”
“kenapa? Kenapa apanya? Baik baik aja nih”
“kemarin kamu dirumah kan?”
“kemarin? Nggak loh kan aku pergi nemenin mama belanja”
“kamu jangan bohong. Mobil kamu dirumah kok”
“iya kan aku nemenin mama, makanya naik mobil mama”
“aku ketemu mama kemarin abis dari rumah kamu, kalo kamu nemenin mama pasti kamu ada sama mama”
“emm aku abis nemenin mama belanja aku pergi sama dini”
“kata mama kamu dirumah kok, mama pergi sendiri”
“ ah mungkin mama salah cakap it, atau kamu yang salah dengar.”
“padahal aku pengen ngomong semalam soal buku itu”
“haaa kenapa buku?”
“kamu biasa aja nggak usah kayak gitu. Kamu bener suka sama aku?”
“apaan sih kamu? Suka darimana? Kamu sok tau deh”
“aku Cuma mau bilang, aku juga saying banget sama kamu, tapi maaf sayangnya hati aku udah ada yang punya”
“udah? Siapa?” indah langsung melihatkan wajah sedih ketika mendengar kata kata itu
“orangnya nggak jauh dari sini kok  ada disekitar sini”

Indah langsung melihat sekelilingnya dan memperhatikan semua orang. Hanya ada 2 wanita di taman itu, yaitu indah dan dini yang berada di sudut taman dengan teman teman pria lainnya. Indah langsung meyakinkan dirinya bahwa wanita yang dimaksud oleh fandi adalah dirinya. Sebab hanya ada dirinya dan sahabat terbaiknya. Namun semua harapan tersebut musnah ketika indah mendengar sebuah kalimat dari fandi.
“lihat wanita yang ada di antara banyak pria di sana? Dia wanita yang selama ini sudah memenangkan hatiku”
“dini?” dan indah sangat terkejut.
“iya dia dini, selama 6 tahun kamu tanpa kabar dan dini yang selalu ada untukku dalam hal apapun”
“dini selama ini tetep contact dengan kamu? Kenapa nggak bilang ke aku?”
“mungkin bukan salah dini ketika dia lebih memperhatikan detail dari buku yang aku beri ke kamu, kamu mungkin tidak sadar dengan apa yang aku tulis di sudut buku. Namun dini menyadari itu. maaf untuk semuanya, maaf jika aku harus berkata seperti ini”
            
          Sejak saat itu indah merasa bahwa dini adalah orang yang jahat karna apa yang telah dilakukan dini padanya, namun semakin lama indah sadar bahwa dia yang salah dengan tidak memperhatikan sesuatu yang menurutnya adalah hal yang sepele. Mungkin memang ini yang terjadi jika kita tidak menggunakan kesempatan yang ada dengan baik. Bukan hanya ketika kamu sayang dengan seseorang, namun saat kamu memperjuangkan apa yang menurut kamu pantas untuk diperjuangkan.