Inilah Selfie Terekstrim di Gedung Pencakar Langit
Tren foto diri sendiri atau
yang lebih dikenal dengan istilah selfie, saat ini telah menjamur ke seluruh
belahan dunia. Alhasil selfie dapat dikatakan sudah menjadi hal biasa, bahkan
menyebabkan fungsi dari selfie berubah menjadi tidak semestinya. Seperti
kumpulan dari anak muda berikut ini yang memanfaatkan foto selfie demi
mendapatkan sensasi belaka.
Dilansir dari Amusingplanet, Jumat (30/5/2014), pria pemberani asal Rusia, Alexander Remnev bersama teman-temannya membentuk sebuah kelompok yang memburu gedung-gedung tinggi hanya untuk memperoleh foto selfie mereka dari atas ketinggian gedung pencakar langit tersebut.
Hal ini mereka buktikan lewat foto-foto selfie yang mereka ambil dari puncak Dubai Princess Tower yang tingginya mencapai 1.350 kaki dari permukaan tanah, yang cukup menantang dan penuh ketegangan.
Jika Anda bayangkan, mereka naik ke atas gedung dengan ketinggian yang memacu adrenalin tanpa seutas tali pengaman. Dan semuanya itu hanya demi kesenangan membuat foto-foto selfie. Tentunya nyawa mereka bisa menjadi taruhannya.
Hal tersebut mungkin tidak menjadi masalah bagi mereka. Mereka berpikir jika mereka akan terlihat hebat karena bisa membuat foto selfie yang tidak semua orang mampu membuatnya.
"Kami sangat menyukai Dubai, di sini memang pantas disebut kota pencakar langit. Dan kami akan berusaha untuk naik lebih tinggi lagi semampu kami," kata Alexander.
"Tidak ada hambatan untuk kami bisa naik, karena di Dubai banyak sekali atap yang terbuka, dan itu tidaklah menyulitkan kami." ungkapnya.
Lebih lanjut, Alexander memberi nama kelompok mereka dengan sebutan 'Daredevil' dan itu menjadi kebanggaan bagi mereka yang telah mampu membuktikan bahwa nama kelompok mereka bukan hanya nama belaka.
Memang kelompok Daredevil terlahir dan tumbuh dari sebuah kelompok pencari sensasi di Rusia dan Ukraina yaitu Skywalkers. Mereka memang kelompok-kelompok yang memaksakan diri mereka untuk menembus batas mencari sensasi yang berbahaya.
Marvin Zuckerman:
Sensation Seeking
Menurut Zuckerman,
sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi/beragam,
baru, kompleks/rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan
dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi
sebuah pengalaman.
Assessing
Sensation Seeking
Untuk
mngukur sensation seeking, Zuckerman membentuk Sensation Seeking Scale (SSS),
memiliki 40 pertanyaan kuisioner (Tabel 16.2). Dengan menggunakan metode factor
analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan kedalam empat komponen dari
sensation seeking :
1. Thrill and adventure seeking keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik
yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti
bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2. Experience seeking mencari pengalaman baru melalui perjalanan,
lagu, seni.
3. Disinhibition kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang
liar.
4. Boredom susceptibility.
PEMBAHASAN KASUS BERDASARKAN TEORI
Berdasarkan
teori Marvin Zuckerman, orang orang yang berada pada kasus ini yaitu orang
orang yang melakukan selfie secara ekstrim dapat dikatakan memiliki score
sensation seeking yang tinggi. Dimana orang-orang ini memiliki karakteristik :
1.
Thrill and adventure seeking : dimana orang
orang ini melakukan selfie secara ekstrim dan melibatkan bahaya bagi diri
mereka sendiri.
2.
Experience seeking : orang orang ini melakukan
selfie yang berbeda dengan orang lain yang sudah mainstream. Dengan mereka
melakukan selfie ekstrim ini mereka menjadi senang dan merasa berbeda dengan
orang lain.
3.
Disinhibition : orang orang ini melakukan selfie
dengan aktivitas yang menurut orang lain ekstrim dan diluar kebiasaan.
4.
Boredom susceptibility : mungkin orang orang ini
merasa bosan dengan selfie yang biasa sehingga mereka melakukan selfie yang
luar biasa yaitu dengan selfi dari tempat yang mungkin tidak orang lakukan.
ssumber berita : http://www.ositus.com/2014/06/inilah-selfie-terekstrim-di-gedung.html
Berlatih menggunakan sumber teori dari buku teks ya. Pembahasan sudah sesuai teori, alangkah lebih bagus bila pembahasan dikembangkan dan bukan sekedar dicocok-cocokkan, sebaiknya hindari penggunaan kata "mungkin". Anyway, good job.
BalasHapuscan i get the reference where do you get this theory? :)
BalasHapus