EVALUASI PERFORMA KREATIVITAS
KELOMPOK 3
“MINIATUR RUMAH COKLAT”
Anggota Kelompok:
v Ilmi Khoir Purba (131301003) 13003ikp.blogspot.com
v Arifa Ulia Bahri (131301053) arifauliabahri.blogspot.com
v Alifia Ridha Pratiwi (131301063) 13063arp.blogspot.com
v Dinda Sundari (131301089) 13089ds.blogspot.com
v Syafira Hairy Sani (131301107) 13107shs.bolgspot.com
Mata kuliah kreativitas merupakan mata kuliah penuh tantangan. Suasana
kelas dan materi perkuliahan dibuat sedemikian menarik agar esensi kreatif
muncul di dalamnya. Hal ini supaya kita senantiasa menggali dan memaksimalkan
potensi diri untuk hasil yang baik di kemudian hari. Kita senantiasa dirangsang
untuk dapat berpikir dan bertindak secara kreatif dalam berbagai hal, dari yang
paling kecil seperti memecahkan masalah sehari-hari sampai kepada munculnya
ide-ide kreativitas yang original.
Salah satu tugas yang harus dipenuhi pada mata kuliah kreativitas ini
adalah performa kreativitas yang dilakukan secara berkelompok. Kelas dibagi ke
dalam sepuluh kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang. Kemudian
masing-masing kelompok diharuskan untuk membuat ide kreativitas yang original,
yang nanti akan dipresentasikan di kelas dalam wujud performa kreativitas.
Tugas ini terdiri atas tiga bagian:
1.
Posting
tentang performa kreativitas dikaitkan dengan teori kreativitas.
2.
Performa
kreativitas dalam bentuk presentasi di depan kelas dengan menampilkan
performanya.
3.
Evaluasi
performa kreativitas setelah selesai menampilkan performa dan mendapat feedback
dari dosen pengampu dan teman-teman audience.
A.
Teori tentang proses kreatif dikaitkan dengan performa yang akan ditampilkan kelompok
·
Teori Wallas
Teori Wallas menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap:
1. Persiapan, yaitu
mempersiapkan diri dalam memecahkan permasalahan yang muncul. Pada
tahap ini, berbagai ide atau gagasan
muncul dan berbeda-beda setiap individunya. Awalnya, ada dua ide muncul dalam
kelompok kami, yaitu membuat video dan menampilkan drama.
2.
Inkubasi, yaitu tahap dimana untuk sementara waktu tidak memikirkan
masalah yang muncul. Setelah berhasil menemukan beberapa ide, kami
memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membiarkan ide-ide tersebut beku,
karena kami juga masih bingung
pada saat itu.
3.
Iluminasi, yaitu tahap timbulnya insight atau inspirasi atau gagasan
baru. Setelah melewati tahap
inkubasi, kami memutuskan untuk berdiskusi lagi karena deadline sudah di depan mata. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membuat
produk dari olahan coklat, yang
sebenarnya berbeda jauh dari ide awal kami.
4. Verifikasi, yaitu
tahap evaluasi dimana ide atau gagasan yang
ditemukan diuji kerealitasannya. Tahap
verifikasi berlangsung tidak lama setelah proses iluminasi, dimana
ide atau gagasan yang
kami sepakati diperjelas dengan
membuat produk olahan coklat yaitu membuat “miniatur rumah coklat”
·
Teori Pemecahan Masalah Menurut Shallcross
Teknik
pemecahan masalah secara kreatif yang
dikemukakan oleh Shallcross (1985) meliputi lima tahap, yaitu:
1.
Orientasi.
Pada tahap ini, masalah dirumuskan atau mulai menentukan tujuan, dalam hal ini
adalah karena adanya pemberian tugas
dari dosen mata kuliah kreativitas tentang
membuat perform dalam kelompok.
2.
Persiapan
Pada tahap persiapan, kami menghimpun semua fakta yang sudah diketahui mengenai masalah dan mulai mengumpulkan data. Karena adanya tugas dari dosen, maka kami mulai mencari ide untuk
perform.
3.
Penggagasan
Pada
tahap penggagasan, kami mulai menerapkan cara berpikir
divergen untuk menghasilkan gagasan
sementara pemecahan masalah. Pada tahap ini, mulai memikirkan konsep apa yang ingin
dihadirkan dalam perform. Ada tiga
ide kami, yaitu membuat video, menampilkan drama, dan membuat produk “miniatur rumah
cokelat”.
4.
Penilaian
Pada
tahap penilaian, kami menerapkan cara berpikir konvergen, yaitu menyeleksi gagasan
yang paling baik untuk dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan,
yaitu dengan membuat matriks.
Matriks gagasan dan kriteria
penilaian gagasan
Ketentuan penilaian:
5 = baik sekali 3 = cukup baik 1 = sangat kurang
4 = baik 2 = kurang baik
IDE
|
ORIGINALITAS
|
WAKTU PEMBUATAN x 3
|
BIAYA
|
EKSPEKTASI
|
JUMLAH SKOR
|
PRODUK
RUMAH COKLAT
|
4
|
4
|
3
|
4
|
23
|
BUAT
FILM PENDEK
|
3
|
2
|
4
|
3
|
16
|
BUAT DRAMA
|
2
|
3
|
2
|
4
|
17
|
Dari tabel tersebut,
didapat hasil skor tertinggi ada pada produk
“rumah coklat”
5.
Pelaksanaan
atau implementasi
Tahap pelaksanaan atau implementasi merupakan tahap
terakhir dalam proses pemecahan masalah secara kreatif, yang nanti akan dilaksanakan setelah UTS.
B.
KONSEP PERFORMA
Pada awalnya
kelompok kami tidak mendapatkan ide yang cukup “wow” untuk memenuhi tugas
performa ini.
Ide dari setiap anggota bermuculan. Kebingungan ini mengarahkan kami kepada
proses pemecahan masalah. Melalui tahapan proses pemecahan masalah akhirnya
kami menemukan solusi. Berdasarkan keputusan bersama
akhirnya kami
memutuskan menampilkan performa membuat “miniatur rumah
coklat” yang
sebelumnya produk tersebut sudah kami buat terlebih dahulu di rumah, kemudian
saat presentasi kami menampilkan hasil “miniatur rumah coklat” di depan kelas, diikuti dengan demo
singkat, video pembuatan, dan bagi-bagi coklat kepada audience.
Memasuki performa penampilan di depan kelas,
perencanaan awal adalah pembagian tugas anggota yang berjumlah lima orang.
Salah satu anggota kelompok terlebih dahulu menjelaskan tentang teori 4P dan
teori pemecahan masalah Shallcross. Selesai penjelasan, dua di antara anggota
yang tersisa kemudian melakukan demo pembuatan produk di depan kelas. Salah
satu anggota terlebih dahulu menyiapkan meja dan perlengkapan untuk demo di depan kelas. Sembari demo, diputar juga video pembuatan “miniatur rumah coklat”. Kemudian pada akhir demo,
beberapa anggota
membagikan hasil produk yang telah jadi
kepada audience.
C.
ALAT DAN BAHAN
Bahan:
ü Coklat batang: dark coklat
1 kg dan lemon coklat 125 gram
ü Biskuit marie susu 3 bks
besar
ü Cha-cha secukupnya
ü Air untuk menge-tim coklat
ü Wafer
ü Biskuit kopi
Alat :
ü Heater
ü Loyang
ü Pisau
ü Plastik
ü Mangkuk aluminium
ü Karton
ü Kertas manila
ü Selotip
D.
CARA PEMBUATAN
1.
Memastikan alat dan bahan sudah
lengkap
2.
Memanaskan air dalam heater,
sementara air dipanaskan coklat dipotong kecil agar lebih mudah meleleh dan letakkan di
wadah aluminium.
3.
Haluskan biskuit sebagai campuran
coklat.
4.
Setelah air mulai mendidih buka
tutup heater kemudian letakkan wadah berisi potongan coklat diatasnya (di tim)
5.
Aduk coklat agar meleleh dengan
sempurna.
6.
Setelah meleleh, campurkan biskuit
yang sudah dihaluskan kedalam coklat dan aduk merata.
7.
Tuangkan adonan coklat dan biskuit
kedalam loyang dan dibentuk lempengan tipis.
8.
Masukkan loyang kedalam lemari
pendingin
9.
Setelah adonan mengeras, keluarkan
dari lemari pendingin dan biarkan terbuka beberapa menit agar lebih mudah
ketika dipotong.
10. Potong coklat biskuit sesuai dengan ukuran dan bentuk rumah yang
diinginkan seperti dinding dan atap.
11. Satukan potongan coklat biskuit
pembentuk rumah dengan coklat yang sudah di tim sebagai perekatnya, kemudian
tunggu beberapa menit sampai benar-benar rekat.
12. Setelah tergabung semua, lapisi kembali coklat biskuit yang sudah
berbentuk rumah dengan coklat yang sudah di tim.
13. Kemudian tim coklat lemon sebagai hiasan rumah, atap, dan pintu. Tempelkan
juga cha-cha dengan coklat sebagai hiasan rumah.
14. Setelah semua tergabung, masukkan kembali rumah coklat kedalam lemari
pendingin agar pereketnya semakin kokoh.
15. Siapkan karton yang sudah dilapisi kertas manila sebagai landasan rumah
coklat.
16. Susun roti diatas karton sabagai tanah untuk rumah coklat.
17. Susun wafer membentuk pagar.
18. Kemudian Letakkan rumah coklat landasan tersebut
E.
TANTANGAN
Tantangan merupakan bagian-bagian yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan performa
produk “miniatur rumah coklat” agar hasilnya maksimal dan sesuai yang di-harapkan. Tantangan dalam membuat produk
“miniatur rumah coklat” ini antara lain:
·
Waktu pembuatan
Rumah
coklat harus dalam keadaan fresh. Jika dibuat terlalu cepat, kami takut rumah coklat tidak fresh lagi. Jika dibuat dekat-dekat waktu yang ditentukan, kami takut
tidak dapat menyelesaikannya dengan maksimal.
·
Tempat Pembuatan
Tempat pembuatan juga menghadirkan dilema. Untuk
menentukan di mana kami akan membuat rumah coklat, kami sangat bingung karena
empat orang dari kelompok kami merupakan anak kos yang
tidak memiliki lemari es, karena dalam membuat “miniatur rumah coklat”
memerlukan lemari es sebagai alat pembuatannya. Ada satu orang yang tidak kos
namun rumahnya terlalu jauh untuk
dijangkau. Kami berpikir untuk membuatnya di kampus, tetapi
kampus juga
tidak ada lemari es. Oleh karena itu, kami harus meminta bantuan pada seorang teman sekelas kami yang rumahnya cukup dapat
dijangkau
dari kampus dan memiliki lemari es.
·
Alat dan Bahan
Ada beberapa alat yang ternyata anggota kelompok tidak memilikinya. Sehingga kami berusaha untuk
meminjam dari teman-teman sekelas.
·
Proses Pembuatan
Karena hanya salah seorang dari anggota kami yang sudah pernah membuat “miniatur rumah coklat”
sebelumnya, maka performa ini menghadirkan tantangan bagi anggota kelompok lain yang belum pernah membuatnya.
F.
Proses yang
terjadi selama pembuatan
Setelah ditentukan bahwa performa kelompok
kami akan dilakukan pada tanggal 04 desember 2014, seminggu sebelumnya kami
telah melakukan diskusi untuk menentukan pada hari apa kami akan membuatnya. Kami harus
menyesuaikan waktu pembuatan dengan jadwal kuliah, dan kami juga harus
menyesuaikan waktu tersebut dengan waktu mengerjakan tugas-tugas kuliah yang
harus dikumpul minggu itu juga. Dan akhirnya kami mendapatkan waktu yang tepat yaitu pada hari
selasa tanggal 02 desember 2014. Setelah menetukan hari apa kami akan membuatnya,
kami juga harus menentukan pada pukul berapa kami akan mulai membuatnya.
Akhirnya kami sepakat bahwa kami akan memulainya pada pukul 09.00 WIB dan berkumpul di kampus
pada pukul 07.30 WIB. Pembuatan
produk dilakukan di rumah salah seorang teman sekelas kami, bernama Hotma, karena
rumahnya cukup dapat dijangkau dari kampus dan memiliki lemari es. Setelah kami berbicara dengannya, akhirnya dia mengizin-kan kami untuk mengerjakan produk kami di
rumahnya.
Awal proses
pembuatan yaitu memotong balok coklat pada ukuran kecil. Hal ini dilakukan agar
coklat lebih cepat dilelehkan (ditim). Pelelehan coklat memerlukan waktu lima
belas menit. Selama proses pelelehan coklat, ada anggota yang menghaluskan biskuit
dan ada yang
memotong-motong coklat. Penghalusan biskuit membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit. Dibutuhkan
kesabaran selama proses penghalusan untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Setelah biskuit halus kemudian dicampurkan dalam coklat yang masih ditim
sembari diaduk rata. Setelah diaduk rata, maka masukkan ke dalam cetakan. Ratakan adonan sampai seluruh permukaan loyang tertutupi, kemudian
masukkan ke dalam lemari es. Dalam meratakan adonan, diperlukan keuletan tangan dan kesabaran, jika tidak permukaan adonan
bisa jadi tidak rata. Pendinginan dilakukan agar coklat
kembali keras dan dapat dipotong sesuai bentuk yang diharapkan. Proses
pendinginan membutuhkan waktu sekitar lima menit.
Setelah dingin,
coklat dikeluarkan dari cetakan. Namun coklat tidak dapat langsung dipotong, sebab
jika dipotong maka coklat dapat mudah
hancur karena
masih dalam kondisi sangat padat dan beku. Coklat harus ditunggu sampai
sesuai dengan suhu ruangan kemudian dapat dipotong sesuai bentuk yang
diharapkan. Pemotongan coklat juga tidak dapat dilakukan dengan mudah. Diperlukan
kemampuan motorik halus yang baik agar coklat tidak patah
saat dipotong.
Setelah coklat
dipotong sesuai bentuk yang diharapkan, kemudian potongan coklat disatukan sesuai pola
yang ingin dibuat yaitu balok coklat. Perlu ketelitian agar coklat dapat
merekat dengan baik dan tidak ada retak pada coklat untuk menjaga hasil yang
diharapkan. Setelah direkatkan dan pola terbentuk, kemudian masukkan kembali ke dalam lemari es agar
kondisi bangunan yang terbentuk tetap stabil. Proses ini juga berlaku dalam
pembuatan atap maupun gedung atau pola-pola lainnya.
Setelah semua bangunan cokelat telah selesai, maka finishing menjadi penutup dalam membuat produk “miniatur
rumah coklat”. Di sini kami menggunakan coklat cha-cha dan coklat lemon yang dicairkan untuk menghiasnya. Diperlukan
keuletan dalam menghias bangunan coklat ini agar tampak rapi dan indah.
G.
Kendala yang Dihadapi
·
Waktu Pembuatan
Kami
telah menentukan bahwa kami akan berkumpul di kampus pada jam 07.30 WIB. Namun beberapa
orang ada yang tidak datang tepat waktu karena kendala saat di perjalanan. Kami menunggu
teman-teman hingga pukul 08.30 WIB. Satu orang dari anggota memutuskan untuk langsung pergi ke rumah Hotma karena jarak rumahnya cukup
dekat.
Kami
memperkirakan bahwa kami akan menyelesaikan rumah coklat tersebut sebelum pukul
13.00 (estimasi waktu pengerjaan sekitar 4 jam pembuatan), namun kenyataannya tidak bisa. Padahal kami ada jadwal kuliah pada
pukul 13.00
WIB. Setelah berunding kami bersepakat untuk tidak datang kuliah pada hari itu.
Kebetulan kami semua belum pernah mengambil jatah absen pada mata kuliah tersebut. Produk akhirnya dapat terselesaikan pada pukul 15.00 dengan waktu pengerjaan sekitar 6 jam
(telat 2 jam dari estimasi waktu yang ditentukan)
·
Alat dan Bahan
Sehari
sebelum pembuatan kami telah membagi tugas untuk membawa alat yang diperlukan,
namun pada hari tersebut kami lupa unutk membawa mangkuk alumunium. Akhirnya
kami harus kembali ke salah satu kos teman kami untuk mengambil mangkuk
alumunium tersebut.
Ketika
kami tiba di rumah Hotma ternyata salah satu teman kami yang membawa
bahan-bahan terlambat datang. Jadi, kami harus menunggunnya sekitar 30 menit.
Kami tidak dapat melanjutkan proses pembuatan karena bahan yang dibawanya
(biskuit) harus digunakan bersamaan dengan coklat yang telah dilelehkan. Kami juga lupa
membeli beberapa bahan seperti white coklat, wafer dan biskuit.
·
Proses Pembuatan
Dalam
proses pembuatan kami mengalami banyak kendala, ternyata gambaran yang telah
kami buat tidak semudah yang kami bayangkan. Kami memiliki kesulitan saat
memotong coklat, karena coklat yang telah didinginkan harus didiamkan di suhu
ruangan terlebih dahulu untuk mempermudah proses pemotongan. Kami tidak sabar,
dan kami mencoba unutk memotonbg coklat tersebut. Awalnya pemotongan berjalan
dengan lanjar, namun pada saat potongan kedua, coklat tersebut retak. Untuk mengatasi keretakan
tersebut kami menyambungkan kembali dengan menggunkakan coklat cair. Kami
mengalami beberapa kali kegagalan dalam pemotongan coklat tersebut.
Setelah
beberapa bagian coklat telah terbentuk kami mulai membentuk coklat tersebut
menjadi bentuk kubus. Ini merupakan tahap yang sangat sulit. Untuk menyatukan
lempengan coklat tersebut diperlukan kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi.
Beberapa kali coklat yang telah kami susun retak dan kami harus menempel coklat
tersebut. Setelah beberapa menit membuatnya akhirnya kami menyelesaikan satu
bentuk kubus, yang akan kami pasang lempengan coklat yang berbentuk atap. Namun
ketika mengangkat coklat yang telah berbentuk kubus tersebut kami kurang hati-hati dan
kubus coklat tersebut patah menjadi beberapa bagian. Kami tidak patah semangat. Kami tetap berusaha
untuk menyatukan patahan-patahan coklat dengan penuh
hati-hati. Dengan usaha, kesabaran dan ketelitian kami
mampu memperbaikinya.
·
Performa
Di
pagi saat kami akan menampilkan produk, kami juga masih menghadapi kendala.
Pada pukul 07.30 anggota kelompok kami belum lengkap dan rumah coklat yang kami
buat juga belum ada di kelas. Kami sangat takut, kami pun menelpon teman kami,
ternyata Ia masih di jalan.
Beberapa
saat kemudian kami menerima kabar dari teman kami bahwa dia lupa untuk membuat
alas berupa karton sebagai dasar dari rumah coklat kami. Akhirnya pada pukul
07.50 kami memutuskan untuk membelinya di daerah sekitar kampus. Pada hari itu,
hari sedang gerimis yang membuat kami kesulitan untuk mencari toko yang telah
buka. Akhirnya kami memperolehnya, kami segera kembali ke kelas.
H.
Kritik dan Saran
Roni Pradana Syahputra
Menurut sdr.Roni
rumah coklat yang telah kami buat sudah cukup menarik dan baik, namun
penggunaan wafer sebagai pagar terlalu berlebihan karena tanpa pagar yang
tersebut rumah coklat kami lebih menarik.
Ibu Filia Dina Anggaraeni
·
Pengaturan waktu saat performa
Menurut Bu Dina kami
tidak dapat mengatur waktu ketika melakukan penampilan, ini disebabkan karena
kami tidak mempersiapkan segala alat yang dibutuhkan. Ini menyebabkan para
audiens menunggu lama untuk menyaksikan penampilan kami. Ini juga disebabkan
karena kami melakukan demo bagaimana cara mencairkan coklat dan bagaimana kami
menyusun rumah coklat tersebut.
·
Dinamika
Dalam blog yang
telah kami posting, kami tidak melampirkan bagaimana dinamika yang terjadi
ketika kami membuat produk kami. Seharusnya kami membuat dinamika tersebut,
agar ketika membaca konsep performa kami, orang-orang mengetahui hal-hal apa
saja yang terjadi ketika proses pembuatan terjadi.
·
Proses Pembuatan
Di dalam blog kami juga tidak melampirkan
bagaimana proses pembuatan rumah coklat. Seharusnya kami menuliskan bagaimana
cara-cara pembuatan rumah coklat tersebut. Mulai dari alat dan bahan, serta
bagaimana proses pembuatannya.
I.
PEMBAGIAN TUGAS
Praproduksi :
·
Pembuatan Konsep
-
Seluruh Anggota kelompok 3
·
Pembelian Bahan
-
Dinda Sundari
-
Syafira Hairy Sani
·
Penyediaan Alat
-
Seluruh anggota kelompok 3
Produksi :
·
Pembuatan Produk
-
Seluruh anggota kelompok 3
·
Dokumentasi
-
Syafira Hairy Sani
-
Arifa Ulia Bahri
-
Dinda Sundari
·
Presentasi Teori
-
Alifia Ridha Pratiwi
·
Demo Pembuatan
-
Ilmi Khoir Purba
-
Arifa Ulia Bahri
-
Syafira Hairy Sani
·
Perlengkapan Demo Pembuatan
-
Dinda Sundari
·
Pembagian Produk
-
Ilmi Khoir Purba
-
Dinda Sundari
Pasca Produksi :
·
Pembuatan Laporan Evaluasi
-
Seluruh anggota kelompok 3
Movie by: Alifia Ridha Pratiwi
J.
TAKSASI DANA
BAHAN
|
HARGA
|
Dark chocolate
|
Rp
45.000
|
Lemon chocolate
|
Rp
18.000
|
Biskuit marie susu
|
Rp
24.000
|
Cha-cha
|
Rp
5.000
|
Wafer
|
Rp
12.000
|
Biskuit kopi
|
Rp
6.000
|
Karton
|
Rp
3.000
|
Kertas manila
|
Rp
2.000
|
selotip
|
Rp
2.000
|
Plastik
|
Rp
500
|
jumlah
|
Rp
128.000
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar