Selasa, 10 Juni 2014

classical conditioning

BAB I PENDAHULUAN Jika seseorang bertanya kepada kita apa yang telah kita pelajari di kelas hari ini, kita mungkin akan menyebutkan gagasan baru yang telah kita dengar, daftar yang telah kita daftarkan, atau konsep yang telah kita kuasai. Tapi ternyata belajar bukanlah hanya sekedar gagasan baru, hafalan, atau konsep yang baru kita dengar. Pembelajaran(learning) adalah perubahan perilaku yang relative menetap yang muncul melalui pengalaman. Mempelajari sesuatu yang baru, pasti akan membawa perubahan. Namun tidak semua perubahan yang terjadi dapat dikatakan sebagai suatu pembelajaran. Karna perubahan yang terjadi akibat obat, kelelahan dan maturasi bukan merupakan hasil pembelajaran. Bagaimana anda dapat mendefenisikan pembelajaran jika anda tidak dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam pikiran anda atau tidak dapat mengamati bagaimana proses mental terjadi? Apa yang telah dipelajari oleh para psikolog mengenai pembelajaran berasal dari sebuah pandangan yang dimulai dari eksperimen dengan tikus, kucing, burung. Banyak penelitian tentang pembelajaran dilakukan pada hewan tingkat rendah, terutama dengan menggunakan hewan-hewan ini, para peneliti dapat mengendalikan penelitian-penelitian mereka dengan ketat. Sebagian besar Psikolog mengungkapkan bahwa conditioning merupakan bentuk belajar yang paling sederhana dan dapat dipahami secara keseluruhan. Sebab menurut ahli bahwa implementasinya ke arah pembentukan organisasi kelas bersifat lebih mudah menguasainya dibanding proses-proses belajar konsep, berpikir, dan menyelesaikan masalah. Salah satu tokoh dalam menciptakan belajar classical conditioning ialah Ivan Pavlov, ia dikenal sebagai tokoh behavioriesme. Ivan Pavlov telah melahirkan model belajar teori classical conditioning yang bermanfaat, Dalam pengondisian klasik, organisme belajar untuk menghubungkan (mengasosiasikan) dua rangsangan. Sebagai sebuah hasil dari asosiasi ini, organism belajar untuk mengantisipasi peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Dimana pengondisian klasik merupakan salah satu dari sejumlah tipe belajar yang berbeda yang telah diidentifikasikan oleh para psikolog. Kita terbiasa untuk belajar sejak permulaan kehidupan. Dimana bayi menampilkan tipe belajar sederhana yang disebut habituasi atau pembiasaan. Habituasi adalah penurunan respon terhadap stimulus yang terjadi setelah penampilan stimulus yang sama secara berulang-ulang. Habituasi membuat kita dapat mengabaikan hal-hal yang telah berhenti memberikan informasi baru. Kebanyakan proses belajar lebih rumit dibandingkan habituasi, dan penelitian tentang proses belajar telah menjadi pusat dari ilmu psikologi. Meskipun para filsuf sejak zaman Aristoteles berspekulasi pada landasan dari belajar, penelitian sistematis pertama tentang proses belajar dilakukan pada awal abad ke-20, ketika Ivan Pavlov mengembangkan kerangka pikir untuk belajar yang disebut dengan pengondisian klasik. Dengan teori yang sangat bermanfaat itu , maka merupakan keharusan penulis untuk menyampaikan kembali, guna mewujudkan dinamika teori Ivan Pavlov sebagai dasar pengembangan dalam praktek belajar mengajar, sehingga dapat berjalan dengan baik dan tercapai tujuan yang diharapkan. KASUS Seorang wanita mengalami rasa cemas dan takut ketika dia akan naik ke angkutan umum yang didalamnya berisikan pria dengan pakaian preman . Karena ketika dulu, dia dikondisikan dengan hal tersebut. Beberapa tahun yang lalu ia mengalami musibah yang sangat menyedihkan untuknya. Ketika ia pulang sekolah dan ia menaiki sebuah angkutan umum, ia melihat segerombolan lelaki yang menggunakan pakaian seperti preman ada di angkutan umum tersebut. Ia sudah tidak ingin naik, namun waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore sehingga dia harus pulang saat itu juga. Ia pun menaiki angkutan umum tersebut. Namun, supir tersebut bukan membawanya sesuai jalur, ia dibawa ke sebuah daerah yang sunyi dan dia diperkosa. Sebelum kejadian itu ia sama sekali tidak bermasalah dengan angkutan umum. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Belajar (learning) Saat anak belajar cara menggunakan laptop, mereka mungkin melakukan kesalahan dalam proses belajarnya, namun pada titik tertentu mereka akan terbiasa melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menggunakan laptop secara efektif. Anak akan berubah menjadi dari seorang yang tidak bisa mengoperasikan laptop menjadi orang yang bisa mengoperasikannya. Setelah mereka mempelajari cara menggunakan laptop, mereka tidak akan kehilangan keahlian itu. Hal ini mirip dengan belajar menyetir mobil. Setelah Anda bisa menguasinya, Anda tidak harus belajar lagi. Jadi, pembelajaran(learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan,keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan yang tidak dipelajari itu sejak lahir. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makan, berteriak, atau berkedip saat silau. Tetapi, kebanyakan perilaku manusia tidak diwariskan begitu saja. Saat anak menggunakan laptop dengan cara baru, bekerja lebih keras memecahkan masalah, mengajukan pertanyaan secara lebih baik, menjelaskan jawaban dengan cara yang lebih logis, atau mendengar dengar lebih perhatian, maka berarti dia sedang menjalani peroses belajar. Dibawah ini terdapar definisi belajar dari beberapa ahli : - Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. - Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Atau Pembelajaran(learning) adalah perubahan perilaku yang relative menetap yang muncul melalui pengalaman. Namun tidak semua perubahan dapat dikatakan sebagai pembelajaran. Karena perubahan yang didapat akibat kelelahan, obat, ataupun martubasi tidak dapat dikatakan sebagai pembelajaran. 2.2. Teori Belajar Behaviourisme Behaviorisme adalah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Pencetus teori belajar behavioristik adalah Gagne dan Berliner. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Teori ini menekankan bahwa perilaku merupakan hasil belajar. Reinforcement dan punishment sangat berperan penting dalam proses pembelajaran menurut teori ini. Namun, pembelajaran dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Teori ini dianggap kaku sehingga dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Sistem pembelajaran yang bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon menciptakan kesan seperti kinerja mesin. 2.3. Classical Conditioning Pavlov telah mempelajari sekresi dari asam perut dan selivasi pada anjing sebagai respons terhadap masuknya makanan dalam berbagai jumlah dan jenis. Ketika melakukan hal ini, ia mengobservasi fenomena yang menarik : Terkadang sekresi perut dan salivasi akan mulai muncul pada anjing tersebut, bahkan ketika mereka belum makan makanan apa pun. Sekedar pandang bahwa sang eksperimenter yang biasanya membawa makanan, atau sekedar mendengar suara langkah kaki sang eksperimenter, cukup untuk menghasilkan salivasi pada anjing tersebut. Kecerdasan Pavlov terletak pada kemampuannya untuk mengenali implikasi dari temuan ini. Ia melihat bahwa anjing tersebut tidak hanya merespons berdasarkan kebutuhan biologis (rasa lapar), tapi juga sebagi hasil dari peroses belajar, yang kemudian dikenal sebagai pengkodisian klasik (classical conditioning). Pengkondisian klasik adalah tipe belajar dimana stimulus netral (seperti langkah kaki eksperimenter) dapat memunculkan respons setelah dipasangkan dengan stimulus (seperti makanan) yang biasanya mengikuti respons tersebut. Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov(1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respons : unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), conditioned respons (CR). Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US. Unconditioned response (UR) adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US. Dalam eksperimen Pavlov, air liur anjing merespons makanan adalah UR. Conditioned stimulus (CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan unconditioned respons setelah diasosiasikan oleh US. Di antara stimuli yang terkondisikan dalam eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan, seperti suara langkah kaki eksperimenter. Conditioned response (CR) adalah respons yang dipelajari, yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS. 2.4. Procedure Classical Conditioning Prosedur pengkondisian klasik Pavlov ini pertama kali dilakukan pada seekor anjing. Pavlov ingin melihat intensitas antara air liur anjing dengan makanan yang diberikan. Dan Ivan Pavlov menemukan bahwa ternyata air liur anjing tidak hanya keluar ketika diberikan stimulus makanan, tetapi juga dapat keluar pada saat tidak diberikan stimulus makanan secara langsung. Yaitu dengan cara mengkondisikan stimulus netral dengan stimulus yang menghasilkan respon. Pada peristiwa itu, anjing tersebut mengalami pembelajaran klasik, dimana ia terbiasa dengan berpikir bahwa makanan akan muncul setelah bel berbunyi. Maka setiap bel berbunyi, anjing tersebut akan mengeluarkan air liurnya meskipun daging tidak diberikan. Berikut prosedur pembelajarannya : LANGKAH 1 : Memilih stimulus dan respons . Sebelum Anda mulai prosedur untuk membangun pengkondisian klasik, Anda perlu mengenal tiga istilah penting : stimulus netral, stimulus berkondisi, dan respon bersyarat . - Stimulus netral. Stimulus netral ini merupakan sebuah stimulus yang menghasilkan respon sensorik, seperti sesuatu yang dapat dilihat, dapat didengar, atau sesuatu yang berbau. Tetapi stimulus netral ini tidak dapat menghasilkan refleks. Stimulus netreal ini dapat dibuat dengan bunyi bel. - Stimulus berkondisi (UCS). stimulus berkondisi ini (UCS) merupakan beberapa stimulus yang memicu atau menimbulkan refleks fisiologis, seperti air liur atau kedipan mata. Stimulus berkondisi ini dapat berupa makanan yang disajikan yang akan menimbulkan refleks air liur. - Respon berkondisi (UCR). Respon berkondisi inimerupakan sebuah respon yang dihasilkan tanpa adanya pembelajaran (bawaan). Misalnya, air liur merupakan respon berkondisi yang ditimbulkan oleh makanan. LANGKAH 2 : Membangun pengkondisian klasik - Percobaan. Sebuah prosedur umum untuk membangun pengkondisian klasik adalah Anda pertama menyajikan stimulus netral dan beberapa waktu kemudian, menyajikan stimulus berkondisi. - Stimulus berkondisi (UCS). Anda akan memasangkan stimulus netral (bel), dengan stimulus berkondisi (makanan). Umumnya, Anda pertama akan menyajikan stimulus netral (bel) dan beberapa waktu kemudian, menyajikan stimulus berkondisi (makanan). Stimulus berkondisi ( UCS ). Beberapa detik (tapi kurang dari satu menit ) setelah nada dimulai, Anda menyajikan stimulus berkondisi, sepotong makanan, yang memunculkan air liur. Prosedur percobaan ini adalah yang paling sering digunakan dalam pengkondisian klasik . - Respon berkondisi ( UCR ). Stimulus berkondisi (makanan), memunculkan respon berkondisi (air liur). Makanan dan air liur dikatakan berkondisi karena berpengaruh pada anjing tersebut adalah bawaan dan tidak tergantung pada beberapa pelatihan atau pendidikan sebelumnya. LANGKAH 3 : Pengujian untuk pengkondisian - Hanya conditioned stimulus. Setelah Anda telah memberikan 10 sampai 100 percobaan, Anda akan menguji terjadinya pengkondisian klasik. Anda menguji dengan menghadirkan bel ( stimulus netral) tanpa menunjukkan sam makanan ( stimulus berkondisi ). - Conditioned stimulus. Jika anjing tersebut mengeluarkan air liur ketika Anda hadir nada saja, itu berarti bahwa nada telah menjadi stimulus terkondisi. Sebuah stimulus terkondisi (CS), adalah stimulus yang sebelumnya netral yang telah memperoleh kemampuan untuk mendapatkan respon yang ditimbulkan oleh stimulus berkondisi. Dalam contoh ini, nada stimulus awalnya netral, menjadi CS . - Conditioned respon. Ketika anjing mengeluarkan air liur pada saat ada nada saja, respon ini disebut respon terkondisi. - Prediksi. Satu pertanyaan Anda mungkin bertanya tentang pengkondisian klasik adalah : apa sebenarnya yang anjing pelajari selama prosedur ini? Satu hal yang anjing tersebut pelajari adalah bahwa suara bel sangat memungkinkan munculnya makanan ( rescorla. 1998). Pengkondisian klasik membantu hewan dan manusia memprediksi apa yang akan terjadi dan dengan demikian memberikan informasi yang mungkin berguna untuk kelangsungan hidup mereka ( Lieberman , 2000). 2.5. Counter Conditioning. Counter conditioning merupakan prosedur pengondisian klasik untuk melemahkan sebuah CR. Counterconditioning adalah pengkondisian perilaku yang tidak diinginkan atau respon terhadap stimulus ke dalam perilaku yang diinginkan atau respon oleh asosiasi tindakan positif dengan stimulus. Sebagai contoh, ketika pelatihan anjing, seseorang akan menciptakan respon positif dengan petting atau menenangkan anjing, ketika anjing bereaksi dengan cemas atau gugup terhadap rangsangan. Oleh karena itu ini akan mengasosiasikan respon positif dengan stimulus. 2.6. Shaping Shaping merupakan sebuah cara untuk membentuk sebuah perilaku dengan suatu stimulus tertentu. Shaping dapat memungkinkan manipulasi lebih lanjut dari perilaku sasaran ( perilaku yang diinginkan yang sedang diperkuat). Shaping berubah bila perilaku ini diperkuat dalam interval kecil. 2.7. Generalization, Discrimination, Extinction Dalam mempelajari respons anjing terhadap berbagai stimuli, Pavlov membunyikan bel sebelum diberi bubur daging kepada anjing. Dipadukan dengan US (daging), bel itu menjadi CS dan membuat anjing mengeluarkan air liur. Setelah beberapa waktu, Pavlov menemukan bahwa anjing itu juga merespons suara lain, seperti peluit. Semakin mirip suara itu dengan suara bel, semakin kuat repon si anjing. 2.7.1. Generalization Dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respons yang sama (Jones, Kemenes, & Benjamin, 2001 ). Misalnya Albert kecil, sebagaimana kita sebutkan sebelumnya, terkondisi untuk merasa takut terhadap tikut putih, juga mengembangkan ketakutan terhadap benda yang lain yang berbulu dan berwarna putih. Meskipun demikian, berdasarkan pada prinsip generalisasi stimulus, kecil kemungkinan ia akan takut kepada seekor anjing hitam, karena warnanya akan membedakan anjing ini dari stimulus asal yang memancing rasa takut. Respons terkondisi yang dimunculkan oleh stimulus baru tersebut biasanya tidak sama intens dengan respons terkondisi asli, meskipun semakin mirip stimulus baru dengan stimulus yang lama, akan semakin miriplah respons yang baru dengan respons yang lama. Dengan demikian, kecil kemungkinan rasa takut yang dirasakan oleh Albert kecil dengan topeng sinterklas besar karena rasa takut yang ia pelajari terhadap tikus. 2.7.2. Discrimination Dalam pengkkondisian klasik terjadi jika dua stimulus cukup berbeda satu sama lain, sehingga satu stimulus membangkitkan respon terkondisi, namun proses yang lain tidak menimbulkan respons tersebut. Diskriminasi stimulus memberikan kemampuan untuk membedakan dua stimulus atau lebih. Untuk menghasilkan deskriminasi, Pavlov memberikan makan anjing setelah bel berbunyi dan tidak memberi makanan setelah membunyikan suara lainnya. Akibatnya, anjing itu hanya merespons suara bel. Dengan kata lain, ia membedakan stimulus suara bel dengan stimulus suara lainnya. 2.7.3. Extinction Dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan conditioned response (CR)karena tidak adanya unconditioned stimulus (US). Dalam satu sesi Pavlov membunyikan bel berulang kali tetapi tidak memberikan makanan kepada si anjing. Akhirnya anjing itu tidak lagi berliur. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan  pembelajaran(learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan,keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman.  Pengkondisian klasik adalah tipe belajar dimana stimulus netral dapat memunculkan respons setelah dipasangkan dengan stimulus yang biasanya mengikuti respons tersebut.  Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US.  Unconditioned response (UR) adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.  Conditioned stimulus (CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan unconditioned respons setelah diasosiasikan oleh US.  Conditioned response (CR) adalah respons yang dipelajari, yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS. DAFTAR PUSTAKA Feldman, Robert S, 2012. Pengantar Psikologi, Jakarta: Salemba Humaika. King, Laura A, 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, Jakarta: Salemba Humanika. Lahey, Benjamin B, 2005. Psychology An Introduction 9th edition, New York: McGraw-Hill Book Company. Santrock, John W, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar