Banyak kegiatan di
masa ini yang dibawah nama suatu pelatihan (training), tetapi itu semua
memiliki tujuan yang sama. Pelatihan
(training) adalah sebuah pengalaman belajar yang terstruktur yang
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menjadi keahlian khusus, pengetahuan,
atau sikap. Kemampuan adalah potensi
fisik, mental, dan psikologis. Keahlian
adalah penerapan khusus dari potensial-potensial tersebut.
The Functions of Training
Pelatihan (training) menyediakan paling sedikit 3 fungsi
utama bagi sebuah organisasi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
·
Fungsi Pemeliharaan ( Maintenance Function )
Fungsi
ini memastikan bahwa karyawan mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan sesuai
dengan yang diharapkan organisasi sehingga pelatihan dapat menjadi sarana untuk
mepertahankan kinerja-kinerja karyawan dalam batasan-batasan yang diperlukan
oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.
· Fungsi
Sosialisasi (Sosialisasi Function)
Fitur-fitur
di dalam pelatihan (training) merupakan pesan kepada karyawan mengenai
prioritas-prioritas, nilai-nilai, norma-norma di organisasi yang mempunyai isi
dan struktur, sumber daya yang dimasukkan, tujuan dan prosedur yang ditekankan,
jumlah partisipan peserta pelatihan yang mungkin , dan sikap dan keterampilan
orang-orang melakukan pelatihan.
· Fungsi
Motivasi (Motivational Function)
Harapan
karyawan bahwa mereka dapat melakukan kinerja dengan sukses merupakan faktor penting
dalam seberapa banyak usaha mereka yang dikerahkan dalam pekerjaan. Sehingga
keyakinan akan hal ini ditingkatkan dalam pelatihan. Motivasi dapat
ditingkatkan jika pelatihan kerja berfungsi meningkatkan minat terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
Training
as a Learning Experience
Pada
saat ini metode-metode pembelajaran yang sangat canggih tersedia. Hal ini
penting diingat untuk bagaimana seseorang dilatih. Meskipun teknologi tersedia
, mengubah perilaku seseorang dalam hal tertentu harus bertumpu pada 3 prinsip
penting proses belajar manusia yaitu praktik, umpan balik, dan penguatan.
Praktik
(Practice)
Dalam
kenyataan jika praktik tidak memungkinkan untuk beberapa alasan (seperti
kendala waktu,jumlah trainee, dan bahaya yang terkait dengan praktik yang tidak
terlatih) maka praktik mental dapat menjadi alternatif efektif . Praktik mental
merupakan pelatihan dalam pikiran daripada gerakan fisik ; banyak atlit
melakukan praktik ini sebelum mengikuti pertandingan.
Hal
yang tidak mungkin untuk mengatakan seberapa banyak praktik, baik fisik maupun
mental, optimal untuk orang-orang tertentu/tugas-tugas tertentu, tetapi
literatur yang relevan memberikan 2 pedoman yang telah teruji seiring dengan
berjalannya waktu.
1.
Praktek
berulang (Repetitive Practice)
Praktik
ini sangat efektif untuk keterampilan motorik atau untuk tugas-tugas yang
membutuhkan orang untuk mengingat.
2.
Praktik
distribusi (Distributed Practice)
Praktik
ini sangat efektif daripada sebuah intensif, satu kali praktik untuk beberapa
tugas.
Kedua
ini adalah pedoman,bukan suatu peraturan. Beberapa kesulitan muncul saat proses
penerapan di situasi pelatihan. Salah satu masalah yang utama adalah tugas yang
digunakan dalam penelitian sering sekali memiliki kemiripan dengan tugas
pembelajaran yang sebenarnya. Meskipun demikian , kedua pedoman ini
didokumenatsikan dengan baik untuk memberikan patokan yang berguna.
Umpan
Balik (Feedback)
Umpan
balik adalah informasi kembali tentang sebuah proses , kejadian, atau sikap
dari yang sebelumnya. Umpan balik dapat terjadi secara otomatis. Misalnya saat
baterai mobil sudah rusak maka mobil tidak mau berjalan , hal ini merupakan
umpan balik yang berarti bahwa ada sesuatu yang salah dari mesin.
Tujuan
dari memberi umpan balik dalam pelatihan adalah memberikan informasi kepada
partisipan tentang performa mereka dan kemajuannya. Sifat dari umpan balik
ditentukan oleh sifat dari partispan ; ketika performa dari partispan baik maka
umpan balik yang positif memberikan penguatan terhadap performa terkait. Ketika
performa tidak memuaskan , umpan balik yang negatif memberikan informasi kepada
partisipan bahwa perilakunya harus disesuaikan. Untuk efektif dalam membantu
orang untuk melakukan perubahan, umpan balik ini harus spesifik mungkin. Hal
ini membantu partisipan untuk mengembangkan sebuah pendeketan yang lebih
efektif dalam tugas pembelajaran.
Memberikan
informasi partisipan tentang bagaimana mereka menyesuaikan sikap mereka untuk
meraih tujuan pelatihan merupakan bentuk umpan balik yang disebut proses umpan balik.
Penguatan
(Reinforcement)
Penguatan
positif (positive reinforcement) terjadi kita sebuah perilaku diperkuat oleh
konsekuensinya, dengan kata sebaliknya, hasil positif dari perilaku memperkuat
perilaku. Aspek terpenting dari sebuah program pelatihan adalah apakah
memungkinkan penguatan sebuah perilaku yang diinginkan, dijadikan sebuah upaya,
kemajuan , atau prestasi dari keterampilan. Umpan balik yang positif merupakan
bentuk dari penguatan ; pujian dan prestasi merupakan imbalan berharga bagi
banyak orang.
Praktik,
umpan balik, dan penguatan adalah 3 besar standar yang diaplikasikan dalam
situasi pembelajaran dalam organisasi maupun di luar organisasi. Mereka
menggambarkan 3 dasar kondisi yang dibutuhkan bagi orang untuk belajar, tetapi
mereka tidak menawarkan banyak wawasan tentang proses sebenarnya dari
pembelajaran. Informasi yang banyak mengenai seberapa banyak orang memperoleh
ilmu pengetahuan dan kemampuan berasal dari penelitian di lapangan psikologi
kognitif.
Cognitive
Processes and Training
Psikologi
kognitif adalah studi mengenai kognitif, atau mental, proses dimana seseorang
secara selektif menerima, mengatur, menyimpan, mengingat, dan menggunakan
rangsangan dari lingkungan mereka.
Perlu
diingat, pola pengenalan, memori, bahasa, keterampilan membaca dan menulis,
penalaran, dan pemecahan masalah semuanya memainkan peran, dan mereka semua adalah
subjek utama dari psikologi kognitif. Jelaslah, dengan mengetahui lebih banyak
tentang proses-proses ini akan berguna untuk orang-orang yang merancang,
melaksanakan, dan melakukan penelitian dalam pelatihan organisasi.
Proses
kognitif dalam pelatihan ada tiga, yaitu :
1. Proses
otomatis (Automatic Processing)
Melatih
seseorang dengan memasukkan suatu pencampuran dari tugas rutin dan tugas yang
tidak rutin yang dapat ditingkatkan dengan cara partisipan terlebih dahulu
praktik dengan elemen rutin sampai mereka terotomatis dan tidak bersaing dengan
elemen non rutin.
2. Metakognisi
(Metacognition)
Membantu
partisipan belajar memantau kemajuan mereka sendiri dan mengevaluasi apa yang
mereka tahu dan apa yang tidak mereka ketahui selama mereka membuat suatu
pelajaran yang efisien.
3. Model
Mental (Mental Model)
Peneliti
kognitif menjelaskan konsep mental yang akurat dari bahan-bahan yang diberikan
dapat difasilitasi dengan memberikan banyak tugas. Karyawan yang dilatih untuk
mengoperasikan mesin mengilustrasikan poin-poin yang ada. Dalam investigasi
ini, subjek yang diberikan pengetahuan hubungan relevan yang abstrak dengan
pengoperasian mesin sebelum diberikan kenyataannya, ilmu spesifik tampil lebih
baik dibandingkan subjek yang ditraining dengan sebaliknya.
What Are the Organization’s Training Needs ?
Beberapa
tahun ini ada cara mudah untuk menggambarkan sebuah kebutuhan dari pelatihan
organisasi. Karyawan baru harus dilatih untuk melakukan pekerjaannya. Pada
kesempatan ini, dibutuhkan untuk
menyediakan pelatihan terbaru bagi karyawan baru yang performanya terdapat
kesalahan.
Garis
besar dari kebutuhan pelatihan yaitu membutuhkan kegiatan yang relatif terpisah
dan aktivitas yang berbeda sesuai kebutuhan.
Perubahan
dalam pelatihan tidak terbatas kepada organisai yang level rendah. Supervisor dan manager
menemukan dirinya untuk melakukan perubahan keahlian public speaking dengan
tujuan agar bisa memberi pembicaraan kepada masyarkat atau kelompok sekolah
dalam pelayanan pengembangan usaha, merekrut, atau hubungan masyarakat.
Jadi,
dalam pelatihan organisasi membutuhkan : penilaian
(assessement), pengembangan (development), dan evaluasi (evaluation).
Praktek
dari penilaian training membutuhkan dan mengintegrasikan perusahaan dengan
beberapa aspek dari teori fungsi organisasi yang tertinggal. Maka dari itu, penilaian pada training dibagi
menjadi 2 tahap. Pertama, fokus kepada awal pelatihan kerja (initial job
training), dimana istilah dipahami dengan meliputi pelatihan ulang karyawan
(retraining) dengan berbagai alasan, dan sama seperti karyawan baru. Kedua,
fokus kepada diskusi mengenai pelatihan pengembangan karyawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar